Kamu bertukar senyum hangat dengan putri sulungmu.
"Aku sudah perbanyak stok kayu bakar. Makanan-makanan favorit Bunda.."
"Sayangku, Bunda tahu. Kamu putri terbaik, membantu Bunda menua di tempat seindah ini. Terima kasih. Kembalilah, keluargamu mungkin menunggu. Tak baik terlalu sering ke sini."
***
Hampir semua mimpi besarmu teraih.
Beberapa buku fiksi dan biografi tokoh publik. Habiskan liburan di kaki Everest yang cantik. Operasi by pass pertama memaksamu gunakan seluruh tabungan membeli satu pulau kecil. Ciptakan rumah sederhana dengan dapur bersih dan satu dapur bertungku kayu bakar. Tentu saja kayu bakarnya sudah tak asli. Kayu bakar imitasi, namun kesenangan ketika satu percik api menyalakan sebagian kayu selalu masih kamu sukai.
Negara pulau tersisa hanya di peta dan kenangan.
Helitto menjadi moda penghubung antar pulau yang cepat dan praktis.
Moda-moda publik pun semakin membaik. Sabang dan Merauke tertempuh hanya empat jam.
Beberapa gunung masih berkeras sisakan setapak tanah untuk sampai pada puncaknya. Namun para generasi baru lebih suka menabung untuk trip wisata ke bulan. Foto-foto selfie dan wefie mereka lebih ramai penyuka daripada foto di puncak gunung yang membiasa. Pecinta puncak gunung hanya berbagi kisah dan foto di grup-grup chatting. Bangkitkan rindu tentang wangi pinus dan bunga-bunganya yang rontok. Masih asli. Meski tak lagi bisa sesap titik embun di ujung runcing daunnya, pun segarnya kabut yang keduanya buatan.
Saat lelah hati dengan duniamu kini, kamu habiskan waktu di lantai atas. Berburu bias warna di pagi atau senja. Puncak Anjani sepenuhnya abu-abu. Anakannya yang bertumbuh tak tersentuh teknologi. Dua generasi dibawahmu terselamatkan debu vulkanis, mengurung Rinjani bersiram debunya sendiri.