"Halah, yang naksir kamu paling juga maba brondong nyasar. Nyasar dan mabok karena tertipu pencitraan cewek kamu yang gagal!"
"Jidatmu Mblung! Apa'an teriak-teriak?!"
"Cabut yuk! Bibit-bibit pohon buat seminar disuruh ambil sekarang. Njing! Jam segini ndak ada anak baru yang bisa diculik."
"Mbawanya? Tangan aku patah kalau harus nenteng dan mbonceng motor butut kamu Mblung. Eh, ambil mobil dirumahku aja yuk. Lumayan bisa muat banyak."
"Nah. Kalo gini, kamu memang perempuan tercantik di kampus...," Mbilung menyeringai lebar.
***
"Jan! Mulai hari ini kamu aku antar jemput ke rumah. No protes! Pagi dan sore kita sirami bibit-bibit pohon. Nggak lucu kalau pas hari H seminar, bibit yang ditanam pas pembukaan kering kerontang. Di luar itu, kita harus follow up pendanaan dan pesanan ini itu."
"Mbilung, kenapa aku terus si? Ya iya aku itu wakil kamu, tapi kan masih banyak kawan-kawan lain. Tuh anak-anak baru sudah sanggup menginap di sekret buat seminggu ini," keluh dan protesku yang panjang kali lebar tak usik keteguhan Mbilung.
"Jan...Aku mau kamu jadi ketua di regenerasi tengah tahun nanti. Seminar ini kesempatan buat kamu show off. Anjani nggak cuma cantik. Anjani mampu aktif dan sanggup lakukan kegiatan apa pun."
"Kenapa bukan kamu Mblung? Kita seangkatan. Kawan-kawan kampus lain lebih suka sama kamu. Aku cewek. Banyakan susahnya. Gak bisa begadang terus-terusan, aku juga benci perokok, ogah nimbrung di lingkaran penikmat air dewa. Aduh Mblung, nggak deh!"
"Nggak! Harus kamu! Ingat mimpimu jadikan organisasi kita bersih dari rokok dan air dewa? Ini kesempatan kamu! Tanpa rokok dan air dewa, manusia tak mati!"