Baru saja letakkan HP, chat panjang dari no Aluy muncul. Aku tak bisa benar-benar pastikan, sedalam apa kubang lukaku, sampai pun tak bisa bedakan senyum dan tangis. Ujung bibirku melebar, namun mataku basah. Iya Al, aku masih hidup. Hanya saja, ibuku menyebutku pembunuh. Kecuali pamanku yang mati, aku dan ibu masih hidup.
Alhamdulillah Al, masih hidup nih. Iya, kebetulan kekenyangan terus. Biasa, PMS nggak jelas. Badan emak-emak selalu menggajah, meski Cuma minum seteguk. Ini aku baru batal pertama. Tenang, kalau pun mati, kupastikan mas Bagas akan kabarimu paling awal.
--Bersambung--
*Selong 22 April
Rangkaian cerita sebelumnya:
Olah diksi ini meramaikan Event Tantangan 100 Hari Menulis Novel Fiksiana Community Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H