Foto Dokumen Pribadi: Edit Penting Demi Tulisan.
Muslifa Aseani, No Urut 2.
Jika menungguku selembut yang kau mau sudah melelahkan dan membosankanmu, tulislah saja.
Tentu saja aku juga berharap, kata-kata yang kau tabur, sanggup tutupi setiap lubang hatimu.
Aku mencintaimu.
Wangimu harus selalu milikku.
[Penggalan Selama Apa Aku Menunggu, Arin?]
Putri Jempol serupa bulan mati pun purnama sebundar tampah, nyaman dan indah dilihat, namun takkan sampai di pelukan. Apa kata warga Kempesianu, biar kata Ben berhasil kalahkan telak Jempol Setan, kemana-mana berendengan dengan Putri Jempol yang jadi Kempesianu of 2015 Year pasti hanya akan mengundang haters dimana-mana. Kasian pAS kan, jumlah hatersnya bakal berkurang karena kemunculan Ben sebagai kekasih Putri Jempol akan jadi objek baru. Haters yang berurat berakar, berkarat pun menyublim, akan beredar di semua kolom. EnTe, HaEl, HaeLait, Gruesss, manalagi gugling tren.Â
Alih-alih memperbanyak konsumsi rendang, semur atau emping jengkol, Ben kehilangan selera makan. Langkahnya tak terarah, sampai pada satu ketika: tetiba Ben sudah ngejogrok di satu tempat. Pandangannya kosong ke ruang yang sama kosongnya didepannya. Debur ombak menghantam batu karang hampir dua ratus mdpl(meter di atas permukaan laut) gagal mengatasi kosong otak dan hatinya. Terbersit njegur di biru mengundang sisi laut yang alunnya tenang, kematian Ki Plenyun membuatnya ragu. Kalau ndak berhasil berenang ke pinggir, Ben ndak yakin ki gurunya memiliki jurus rahasia penyelamat. Mau ngandelin pertolongan siapa coba?
Yakin galaunya tak berujung, Ben kembali melalui hutan lebat serupa hutan di desa Bella, cewek cantik di film seri twailait twailait itu. Wangi pinus yang menguar setelah seharian bermandi hangat matahari, hanya jadi latar seokan lemah langkah Ben. Tak lagi berhitung waktu, ditengah-tengah hutan pinus, pengancam nyawanya yang makin kesini serupa soul mate, saking dimana pun Ben berada, disitulah mereka muncul. Jempol Setan beserta semua driji lain dan kroni-kroninya, para setan driji segala lapisan.
Ben merasa mendapatkan muara dari segala emosinya: "Your face! Hantu Blau! Elu pade kurang kerjaan amat yak! Ndak ada bosennya mau mbunuhin gua! Elu pade ndak punya sansak lain?!! Gua lagi! Gua terus! Gua mulu! Elu pade telat! Sejam lalu elu dateng, gua siap mati di hadepan elu semua! Even elu bengong kek sapi ompong, gua koit! Sekarang telat! Hantu Blau! Setan Driji Muke Gile! Bengong lagi! Gak cocok! Setan koq bengong?!! Minggat!! Gua kasi mati beneran lo pade! Lo pikir enak setan mati beneran?!!"
Bahkan tak satu pun para setan jempol dan driji sempat keluarkan suara ancaman menakutkan. Sekali ini, Ben sedang selangkah lebih maju.
Satu persatu, mulai dari Kelingking Setan, karena sejatinya paling kecil sendiri, samar merambati pohon yang terdekat darinya. Bergaya punggung, perlahan berjingkat serupa ulat, ia ingin segera lenyap dari muka Ben. Seumur-umur ngadirin proyek kerjasama pembunuhan bersama kroco Setan Driji lainnya, sekali ini ia melihat manusia korbannya berubah bak setan, lebih nyetani malah. Makian tak berjeda, urat-urat bertonjolan bahkan urat di dua biji matanya sangat menyeramkan.
"Heh!! Elo yang gede!! Yakin lo masih mo disitu?!!! Gua kata minggat, minggat! Sampe elo mati! Tujuh turunan lo, ikutan mati!! Even semua bini lo!! Nggak!! Semua gebeten lo juga mati!! Mantan calon gebetan lo mati!! Even keluarga besar mantan calon gebetan lo, mati semuaaaaa!!!%($&(^$#&#" (suara Ben sudah 11 oktaf, murkanya makin mengubun-ubun mengingat bahkan di detik ini dia sudah jomblo stadium 4)
***
Berhasil menghalau semua kroco Jempol Setan dan kroninya, tetiba jiwa Ki Plenyun muncul. Rasa sayang dan bangganya pada kelebihan Ben membuatnya mampu menyeberangi alam yang berbeda. Ben beroleh hadiah, akan disanggupi apapun permintaannya. Momen maha penting sampai pun Mahaguru Jati pun sowan, jumawa di atas punggung Nero yang berubah wujud segagah Aslan dari trilogi Narnia.
"Sebagai guru elo, gua bangga setengah modar ma elu Ben. Sebagai hadiah, gua yang memang udah modar, ngabulin satu toktil permintaan elu..", penuh wibawa Ki Plenyun sampaikan suara jiwanya ke sepasang telinga Ben.Â
"Minta dinner ma DiSas boleh Ki?" Nggak dapet Putri Jempol, DiSas yang gi naek daun karna film AADC 2 bakal rilis, boleh lah.
"Your Face! Sampe jadi arwah begini, kuwi ya aku keimpen-impen..Lha koq kowe.....," Jiwa Ki Plenyun misuh-misuh sembari wujudnya perlahan menghilang.
"Gua hampir lupa, salamin ma Mpok Atik ye. Die merit lagi, sumpe mati gua ikhlas," sekesiuran angin, jiwa Ki Plenyun lenyap sempurna.
"Elu si Ben..Minta koq ya yang aneh-aneh..Masih perawan aku ya setuju-setuju aja...Udah beranak pinak koq ya masih seneng..Ben, Ben...." Duo Mahaguru Jati dan Nero sampaikan keprihatinan bersama mereka. Meski hanya dari tatapan bisu..Tak lama, mereka juga ikut lenyap.
Tegak punggungnya melorot sudah, Ben hanya tatapi ujung jempol kakinya. Salah satu ujung syarafnya refleks ingin mengutuk mati, namun ribuan syaraf lainnya mengedepankan rasa berbeda. Nelongsooooo, atiiiiiku nelongsoooo...
'Rangggaaaaa..!!'
Sekejap... Dian Sastro bagaikan bidadari habis mandi pakai sabun wangi dan parfum melati. Berkelebat di depan Ben, sosok semoknya bergerak seolah bayangan. Kejap kedua, 'Woi!! Pegang mik-nya yang bener!! Bengong haram!!' (Mbacanya Maek ya, bukan MI-KE. MIKE lagi jadi calon yang digadang-gadang sebagai Kompasianer of the Year). Again, Maek yak).
Kejap ketiga, sedetik tongkat yang dipegang Ben agak goyah namun segera ia benahi dan tongkatnya kembali tegang. Setengah mug White Frappe di atas meja cafe bulat putih di ujung tongkat mik, DiSas dan Nicholas di ujung sejarak selemparan kolor ijo, wajah mereka dilap, dibedakin ulang. Cleguk! Perasaan gua minta dinner, kenapa ujug-ujug jadi pemegang mik di lokasi syuting AADC?!(^(*%(%^
Yaelah Ki, nanggung amat ngabulin permintaan muridnya. Iya kallleee dinner, walau memang jadi bersama DiSas mulu, ngopi berdua (yang bener, pas kru film pindah lokasi shoot, setengah mug White Frappe sisa DiSas langsung ditandaskan Ben. Samar bekas gincu dipas-paskan benar, segitu juga Ben merasa melayang, rasanya serupa kuluman lembut bibir DiSas..), ciumi wangi tubuhnya (secara pemegang mik mang kudu deket-deket).
Ki, elu mang baek. Seenggak-enggaknya bukan cuma gua yang bahagia. Honor megang mik bisa buat setoran ke Mak gua. Makasih ya Ki....
*Selong 30 Nopember
Fikber #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9 | #10 |Â
Glossary [Terjemahan sesuka penulis]:
Your Face! : Raimu!
Soul mate : Teman SehatiÂ
Haters : Pembenci Akut plus Kronis.
Driji : Jejari manusia. Eh, kalo bukan manusia, jejarinya masih driji bukan to?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H