Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gelang Rumput - Bagian 1

22 November 2015   11:44 Diperbarui: 22 November 2015   11:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3575 M - Zeth Urban SkysCrafers

Layar transparan, touchscreen, terlihat dari sisi manapun ruangan ini memampangkan jelas gelang hijau. Terjalin rapi dengan hijau segarnya yang sejukkan mata, lingkarnya memang untuk tangan perempuan yang ramping.

“Semua teknologi kami masih tak mampu uraikan mengapa benda ini bersinar hanya di waktu-waktu tertentu saja.”

“Waktu tertentu?” Salah seorang tamu galaksi Biru tercetus tak tertahan.

“Ya, hanya bersinar terang ketika terpegang oleh seseorang yang jatuh cinta,” terangku, mengabaikan keengganan tamu tersebut membaca sejarah singkat tentang Gelang Rumput ini.

Berikutnya video yang menceritakan perbedaan tersebut. Gelang hijau biasa saat sepasang orang yang tak saling mencinta memegangnya. Bersinar terang menyilaukan ketika sepasang pengantin yang baru saja disahkan bersama-sama memegangnya.

Desah tertahan menguar di ruangan. Geletar rasa sama yang juga kurasakan setiap sinar terang tersebut terekam retina mata, menelusup ke hati. Menghangatkan setiap nadi, menguarkan cinta di hampir setiap yang hadir di ruangan ini.

“Tak juga ada keterangan tambahan setelah ribuan tahun? Hanya keterangan katalog kolektor, sumber benda dan karakteristik materi?”

***

Sekian Juta Pagi Sebelumnya.

Sinar pagi yang hangat menyentuh setiap kulit para manusia yang berkumpul di tempat itu.

"Bagaimana bisa bibi emban lupa membawa payung. Seluruh kulitku pasti sudah memerah, sepagi ini sudah bersiram mentari pagi." Lale Dewi Anjani merutuk dalam hati. Namun sebagai putri tunggal Raja Raden Pembayun Anom, kesal hatinya tersamarkan sempurna. Wajah cantiknya tetap terang, menyimpan senyum tidak untuk siapa pun kecuali dirinya sendiri.

"Dewi, Dewi..," emban Mraja Galih menggamit ujung sikunya canggung.

Alih-alih menoleh, sepasang mata aurora bermanik coklat terang sang puteri tetiba tertumbuk pada dua sosok pemuda yang posisi berdirinya menahannya melanjutkan perjalanan kembali ke kemah.

Salah seorang berdada bidang dan sikap tubuh tegap semacam prajurit mengansurkan sesuatu ke hadapan sang puteri.

"Maafkan tuanku puteri. Ini hanya gelang biasa, tapi menurutku akan sempurna melingkari tanganmu yang indah," seuntai kalimat manis terlepas dari pemuda itu.

Sekian detik berselang, Dewi Anjani tergerak memegang benda yang diangsurkan padanya. Hijau terang memaku dua matanya tanpa kedip, pun seketika setiap butir darah ditubuhnya hangat mendadak. Tak tertahan sepasang matanya juga tergerak menyapu tanpa jeda wajah sang pemuda. Hangat yang bergolak ditubuhnya menyata di dua pasang mata yang saling menatap, memohon hangat yang lebih dan lebih. Terkejut, pegangan Dewi Anjani terlepas.

***

Zeth Urban SkysCrafers

"Aura saling ketertarikan yang amat sangat langsung mengikat mereka. Anehnya, berulang kali kami mengetesnya pada dua manusia yang tak saling mengenal, fenomena tersebut tak muncul. Baru hanya akan terjadi, jika salah seorang di antaranya memendam rasa suka, seorang lainnya akan seketika memiliki rasa suka yang sama. Meski bahkan ia tak mengenal sekali pun sosok yang menyukainya tersebut."

"Lantas, apanya yang aneh dari benda itu?" Mr. Grey sudah tak sabar.

"Sesempurna apa pun kami membuat benda yang sama, efeknya tak pernah seperti itu. Mendekati pun tidak," masygul kalimat yang kuucapkan entah di kali keberapa.

"Bahkan sinar terangnya tak tampak sedikit pun. Kita memiliki apa pun yang bisa membuatnya menyala seterang itu, tapi karakteristik bendanya tak lagi sama. Gelang ini hanya jalinan rumput ilalang biasa. Tak kurang, tak lebih," tanganku mengusap layar dan mengembalikan tampilan si gelang rumput dengan setiap prosentase kandungan materinya. Seratus persen rumput ilalang biasa. Dijalin begitu rupa, hanya untuk melingkari lingkar tangan seorang puteri. 

*Selong 22 Nopember 

*Foto: Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun