Mohon tunggu...
Musiroh Talib
Musiroh Talib Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di kota Surabaya. Aktivis organisai keagamaan, penulis lepas. alumni PPWS Jombang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Pertama di Kota Mekkah

20 Oktober 2024   10:44 Diperbarui: 20 Oktober 2024   10:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang menyebutnya Tower Zam-Zam. Tower kebanggaan yang selalu menandai bahwa para jamaah haji atau umroh plus atau yang berbiaya mahal, berharap mendapatkan hotel ini. Karena pintunya lurus dengan gerbang menuju Ka'bah. 

Secara matematika perjalanan, ia terletak didepan Ka'bah berjarak hanya beberapa meter saja. Para manula yang diberi kesempatan untuk ber haji atau umroh, akan merasa senang bila dapat menginap di hotel ini. 

Jarak nya tidak terlalu jauh dengan Ka'bah. Kalau toh misal ingin pulang dan kembali lagi ber itikaf di masjid, tidak butuh waktu lama dan tidak harus mengeluarkan banyak keringat.

Inilah keistimewaan Tower Zam-Zam ini. Tetapi pastinya yang bisa menginap di hotel ini, adalah mereka yang memiliki kemampuan berbayar sedikit mahal dibanding dengan biaya haji reguler dan umroh promo.

Dihari ke 4 aku berada di kota suci, ini adalah hari pertamaku berada di kota Mekkah. Travel dimana aku dan rombongan mengikutinya, membawaku ziarah ke Madinah terlebih dahulu. Setelah tinggal 3 hari disana, lepas ashar kami check out dari hotel Kayan Madinah.

lepas menempuh perjalanan sekitar 6 jam, dan telah mengambil miqot, perjalanan ke kota Makkah adalah perjalanan awal umroh wajib bagi rombongan Thaibah. 

Dengan hati resah, gundah dan bahagia yang bercampur aduk, di bus kami nyaris tak ada tawa. Apalagi canda kurang berguna. Semua fokus bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat berada disana. 

Bimbingan secara langsung oleh tim leader, menjadi lebih penting daripada hal-hal yang lain. Ini mungkin karena kami baru pertamakali umroh. 

Keraguan akan kemampuan melaksanakan umroh dengan baik tanpa kendala, menjadi fokus perhatian diri masing-masing..

Ada yang berdzikir sepanjang perjalanan, ada yang membaca Al-Qur'an dan ada juga yang melihat beberapa pemandangan di kanan dan kiri disepanjang jalan menuju Makkah.

Subhanallah betapa berat perjuangan nabi Muhammad saat hijrah ke kota Madinah?. Tanah yang tandus, panas yang luar biasa, menjadi bahan renungan sebagian jamaah bagaimana Rasulullah menempuh medan berat saat hijrah. Sementara musuh mengikuti jejak beliau.

Disinilah iman mulai diasah. Airmata menggelinding perlahan, membayangkan betapa Rasulullah kepanasan saat terik matahari mencapai 40 derajat atau bahkan mungkin lebih.

Sementara disepanjang perjalanan menuju Makkah, aku tidak melihat banyak tumbuhan. Aku hanya melihat gunung gersang yang berjejer dan beberapa tempat sejarah yang mengagumkan.

Subhanallah... Begitu kata yang bisa keluar disepanjang perjalanan Madinah ke Makkah.

Menuju Ka'bah

Jam telah menunjukkan angka 21.30 waktu setempat. Setelah makan malam di hotel Snood Ajyad, kami berangkat menuju Ka'bah. 

Jarak hotel dengan pelataran Masjidil haram, hanya 300 meter saja. Tentu bagi sementara orang ini jarak yang lumayan jauh. Namun bagi kami, tidak. 

Semangat ingin segera sampai di depan Ka'bah, membuat semua kepenatan sepanjang perjalanan, musnah. 

Tiba-tiba, muthowif menghentikan langkah kami untuk memberi tahu ancer-ancer arah pulang jika tertinggal dengan rombongan. 

"Ini WC 3" begitu dia memulai. "Jika bpk ibu tersesat atau terpisah dengan rombongan, cari WC 3 ini, lalu belok kiri" begitu dia memberi tahu.

Kami pun mengangguk tanda setuju atas instruksi muthowif.

Subhanallah... Betapa luas Masjidil haram ini. Begitu batinku berbisik . Kami terus berjalan dan berhenti sebentar untuk sholat isya' sebelum melaksanakan thowaf yang pertamakali.

Subhanallah, subhanallah, subhanallah....tiada henti bibirku berucap memuji kebesaran Allah sang maha tunggal.

Usai sholat isya', perjalanan berlanjut menuju Ka'bah. Subhanallah... Alhamdulillah.. Allahu Akbar.... airmata terus mengalir saat kaki ini berada didepan ka'bah yang agung. Airmata terus mengalir menyadari betapa Allah menyayangi ku. 

Terimakasih ya.. Allah...meski aku masih tidak percaya atas kenyataan ini, saat ini aku bersimpuh menghaturkan terimakasih atas karunia mu kepadaku. Engkau telah berkenan mengundang ku untuk menjadi bagian dari tamu mu. 

Jika tidak karena karunia mu, tentu segalanya tak akan pernah terjadi. Mohon ijin hamba memohon ampunan dosa-dosa yang sudah hamba lakukan. Dosa kedua orang tua ku, dosa suami dan anak-anak ku, dosa guru ku dan dosa semua taman seperjuangan ku.

Makkah, 20 Agustus 2024

Musiroh Muki 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun