Subhanallah betapa berat perjuangan nabi Muhammad saat hijrah ke kota Madinah?. Tanah yang tandus, panas yang luar biasa, menjadi bahan renungan sebagian jamaah bagaimana Rasulullah menempuh medan berat saat hijrah. Sementara musuh mengikuti jejak beliau.
Disinilah iman mulai diasah. Airmata menggelinding perlahan, membayangkan betapa Rasulullah kepanasan saat terik matahari mencapai 40 derajat atau bahkan mungkin lebih.
Sementara disepanjang perjalanan menuju Makkah, aku tidak melihat banyak tumbuhan. Aku hanya melihat gunung gersang yang berjejer dan beberapa tempat sejarah yang mengagumkan.
Subhanallah... Begitu kata yang bisa keluar disepanjang perjalanan Madinah ke Makkah.
Menuju Ka'bah
Jam telah menunjukkan angka 21.30 waktu setempat. Setelah makan malam di hotel Snood Ajyad, kami berangkat menuju Ka'bah.Â
Jarak hotel dengan pelataran Masjidil haram, hanya 300 meter saja. Tentu bagi sementara orang ini jarak yang lumayan jauh. Namun bagi kami, tidak.Â
Semangat ingin segera sampai di depan Ka'bah, membuat semua kepenatan sepanjang perjalanan, musnah.Â
Tiba-tiba, muthowif menghentikan langkah kami untuk memberi tahu ancer-ancer arah pulang jika tertinggal dengan rombongan.Â
"Ini WC 3" begitu dia memulai. "Jika bpk ibu tersesat atau terpisah dengan rombongan, cari WC 3 ini, lalu belok kiri" begitu dia memberi tahu.
Kami pun mengangguk tanda setuju atas instruksi muthowif.