Makin kesini, rakyat berpikir kenapa Jepang malah seperti Belanda, bukannya melindungi sesama Asia malah membuat menderita. Hal ini seperti keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. Artinya sama-sama menderita.
Indramayu, 1 Maret 1944
"Tuan...tuan... ada berita dari Cirebon, bahwa Jepang memerintahkan para petani untuk mengirimkan seluruh berasnya dan menyisakan hanya 5 kg untuk satu orang" ucap Tobur
Orang yang disebut tuan itu melihat Tobur dengan ucapan yang serius
"Ternyata aku salah menduga Tuan, Jepang sama saja dengan Belanda" kata Khozin
Sang Tuan yang disebut-sebut itu adalah Haji Aksan, beliau adalah seorang tokoh di Desa Kaplongan Indramayu. Beliau mempunyai sawah yang luas. Haji Aksan pada saat itu sedang duduk berbincang dengan Khozin mengenai Mekkah sebab ia sudah Haji ke Mekkah.
Ketika hasil panen tiba, tantara Jepang pun datang. Semua hasil panen rakyat dibawa oleh tantara Jepang, termasuk hasil panen Haji Aksan. Rakyat pun tidak terima dan mereka mulai mengadukan hal ini ke balai desa dan juga para kyai-kyai. Akhirnya para kyai berkumpul untuk membicarakan hal ini
"Bagaimana menurutmu Tuan Aksan, apakah padimu juga sudah dirampas oleh Jepang, apakah kau akan diam saja?" Ucap Haji Iljas
"Tentu saja tidak wahai saudaraku...selanjutnya jika Jepang kesini aku tidak akan memberikannya"
"Baiklah kalau begitu...saudara-saudara sekalian, izinkanlah aku dengan beberapa warga untuk pergi ke Cirebon untuk melakukan protes terhadap kebijakan ini"
"Baik, kami setuju, kau ahli dalam hal ini, semoga Allah melindungi kita semua...Aamiin" ucap Kyai Sidik salah satu Kyai disana