Bung Karno mewujudkan hal tersebut dalam upayanya mendirikan Gerakan Non-Blok. GNB menjadi salah satu prestasi terbesar Indonesia saat dunia tengah disibukkan akan memihak ke blok mana, Barat atau Timur beberapa dekade silam. Indonesia lantas mengumpulkan negara-negara lain di dunia untuk bersatu padu mengatakan tidak pada Blok Barat ataupun Blok Timur. Setiap negara berhak mandiri atas pilihannya sendiri termasuk dengan tidak masuk ke salah satu lingkaran politik negara-negara besar atau Negara-Negara Utara.
Lewat GNB, Indonesia dipercaya untuk turut menyelesaikan berbagai konflik regional yang terjadi seperti konflik berdarah di Kamboja, gerakan separatis Moro di Filipina, sengketa Laut China Selatan, maupun pengiriman pasukan Garuda di negara-negara berkonflik.Â
Tidak hanya berpusat pada politik, GNB juga membentuk Kelompok 77 guna membahas masalah-masalah ekonomi dunia dengan fokus pada pembentukan Tata Ekonomi Dunia Baru yang berpusat pada kerja sama selatan-selatan. Meski saat ini GNB tidak berwujud secara institusional lagi karena tidak adanya sekretariatan tetap namun ruh dan semangat Bung Karno untuk selalu berdaulat dalam politik selalu tergambarkan jelas dalam peta politik luar negeri Indonesia dari masa ke masa.
Proyeksi Presidensi G20 dengan turut mengundang Rusia untuk hadir sekaligus memanggil Ukraina adalah pilihan yang bijak. Meski Ukraina bukan anggota G20 dan meski pihak Barat masih merengek, Indonesia memilih untuk tidak tersulut dalam api kebencian. Kehadiran Rusia pada G20 adalah mutlak karena Rusia merupakan anggota tetap dan memiliki peran yang cukup signifikan di dalamnya. Sedangkan kehadiran Ukraina sangat jelas supaya selepas acara G20 ada upaya perundingan damai tatap muka antara pihak yang bertikai.Â
Indonesia bisa menjadi mediator ulung. Sejarah dunia akan mencatat peristiwa itu sebagaimana sejarah dunia mengukir tinta emas keterlibatan Indonesia dalam GNB. Tentu dengan catatan Indonesia mampu mengimplementasikan perdamaian dunia dalam bentuk yang nyata, bukan sekadar foto di depan kamera seremonial belaka.
Puncak G20 di Bali sudah berada di depan mata, jauh sebelum kepala negara dari beberapa negara besar kumpul di Pulau Dewata, Presiden Jokowi melawat terlebih dahulu ke Ukraina. Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk nyata Indonesia sebagai negara Non-Blok.
Meski masih dalam bayang-bayang perang, Indonesia tetap mencoba membuat alternatif lain supaya konflik berlarut-larut antara Ukraina dan Rusia dapat terselesaikan sampai ke akar-akarnya. Bahkan Presiden Jokowi juga sempat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.Â
Indonesia melepaskan egonya, bagaimanapun juga Presidensi G20 adalah tanggung jawab penuh Indonesia. Tiga kunci pemulihan perekonomian dunia yang berkelanjutan tidak mungkin tercapai tanpa sebuah perdamaian dunia.
Bank Indonesia, Aktor Non-Blok di Jalur Keuangan
Forum G20 memiliki dua pembahasan besar, yakni Jalur Keuangan atau finance track dan Jalur Sherpa atau sherpa track. Jalur Keuangan Presidensi G20 berada dalam kendali Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia karena fokus pada isu-isu ekonomi keuangan. Sementara Jalur Sherpa diisi oleh beberapa kementerian dan lembaga terkait dengan memusatkan pada isu-isu ekonomi non-keuangan.
Melalui tema Recover Together, Recover Stronger, Bank Indonesia mempriotaskan pada 6 agenda yakni koordinasi mendukung pemulihan global, upaya penanganan dampak pandemi dalam perekonomian guna mendukung pertumbuhan yang lebih kuat, penguatan sistem pembayaran di era digital, pengembangan pembiayaan berkelanjutan, peningkatan ketahanan sistem keuangan, dan agenda perpajakan internasional. Keenam agenda tersebut berjalan tidak jauh dari koridor nilai-nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa termasuk soal bebas aktifnya dalam upaya menciptakan perdamaian dunia melalui Jalur Keuangan.