Itu artinya Indonesia masih setia dengan standar emisi Euro 2 dan 3 di saat negara sebelah sudah menerapkan standar emisi Euro 6. Semakin tinggi nilai Euronya, semakin irit bahan bakar dan semakin rendah pula dalam menghasilkan emisi karbon.
Ketimbang menunggu standar Euro 4 diterapkan tahun depan, kenapa kita tidak memulai dari diri sendiri saja dulu, minimal naik kendaraan umum yang lebih hemat emisi karbon.
Bagaimana tidak, satu kendaraan umum bisa muat puluhan sampai ratusan pengguna dengan estimasi gas emisi yang dihasilkan lebih rendah daripada mobil atau sepeda motor yang hanya muat beberapa orang saja.
Memang sih, naik kendaraan umum tidak bisa selip sana dan selip sini. Pun kita tidak bisa pamer mobil baru ke sesama rekan (ini satire ya!). Namun apa salahnya kita mencoba menambah angka harapan hidup bumi pertiwi yang sudah semakin renta ini.
Mager Jalan Kaki: Penyakit Menahun yang Bikin Boros Energi
"Lebih enak naik motor, mager jalan kaki, cuaca makin panas!"
Mager jalan kaki bukan sebatas rasa malas yang menumpuk, lebih dari itu, mager jalan kaki sudah menahun dalam budaya Indonesia.Â
Menurut hasil pengamatan saya, hampir lebih dari 90 persen kenalan di lingkaran saya memilih naik motor ketimbang jalan kaki ke tempat yang bahkan jaraknya kurang dari 800 meter jauhnya.
Alasan mereka sangat klasik, mager jalan dan cuaca yang makin hari makin panas. Ketika hendak berangkat jumatan, coba lihat saja, ada berapa jemaah yang jalan kaki dan bandingkan dengan jemaah yang naik sepeda motor.
Kalau dilihat-lihat, mayoritas lebih memilih naik sepeda motor. Hal ini bisa dilihat dari selalu penuhnya parkiran masjid menjelang salat Jumat. Padahal jika ditelusuri lebih jauh lagi, rumah atau kediaman mereka berjarak tak lebih dari 800 meter untuk ke masjid. Kebiasaan ini saya temui baik di lingkungan desa maupun lingkungan kota.