Puasa Ramadan adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang sudah akil balig. Patokannya jika perempuan sudah menstruasi sementara jika laki-laki sudah mimpi basah.
Puasa Ramadan pun tidak diwajibkan bagi bocah-bocah kecil. Tapi beberapa dari kita sudah membiasakan anak atau saudara untuk belajar berpuasa sejak kecil. Alasannya agar ketika balig nanti puasanya tidak bolong-bolong atau kaget harus menahan hawa nafsu dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
Bagi mereka yang pertama kali menjalankan ibadah puasa pasti sedikit mengalami kesulitan. Ada saja godaan dari depan dan belakang yang mengajak mereka untuk membatalkan puasa. Apalagi bagi bocah kecil yang pertama kali mencoba untuk berpuasa menjadikan puasa itu sebagai puasa pertama seumur hidup mereka.
Ada banyak sekali macam-macam puasa ala bocah yang masih kecil, alih-alih menyuruh mereka puasa secara penuh, lebih baik mengajarkannya bertahap demi tahap. Namanya juga anak kecil.
Pertama, puasa untuk tidak jajan di luar selama orang dewasa sedang berpuasa. Puasa macam ini sudah lumayan lazim di daerah saya di mana orangtua menyuruh anaknya yang berumur rata-rata empat sampai enam tahun untuk berpuasa dari jajan.
Anak-anak kecil diajak untuk lebih hemat selama bulan Ramadan. Dengan tidak jajan di pagi dan siang hari, anak-anak akan semakin terbiasa jika dewasa nanti harus puasa beneran.
Memang tidak mudah untuk membiasakan anak-anak agar tidak jajan sementara teman sepermainannya selalu saja mengajak jajan di warung. Cara menyiasati ini cukup dengan membatasi waktu bermain anak di saat bulan Ramadan tiba.
Kedua, puasa ikut sahur bersama keluarga. Apakah sewaktu kalian kecil dibangunkan untuk makan sahur saat dini hari? Kalau iya, itu artinya kalian cukup beruntung. Dengan diajaknya anak kecil untuk makan sahur mereka akan terbiasa dengan suasana Ramadan.
Bangun sahur bukanlah perkara mudah bagi anak-anak kecil. Mereka akan selalu memilih melanjutkan mimpinya. Mungkin dengan membiasakan anak-anak kecil untuk sahur, mereka akan mudah bangun sewaktu mereka harus berpuasa beneran.
Sewaktu saya kecil pun demikian, meski saya tidak puasa waktu itu, orangtua akan selalu membangunkan saya untuk makan sahur. Lama-lama saya jadi terbiasa, saya justru marah kalau sampai tidak berhasil bangun untuk makan sahur waktu kecil dulu.
Sepanjang hari, saya akan ngambek kepada orangtua jika mereka tidak berhasil membangunkan saya padahal saya sendiri yang susah dibangunkan.
Ketiga, puasa sampai azan Dhuhur. Puasa macam ini seharusnya sudah dibiasakan anak-anak sekitar umur tujuh sampai sepuluh tahun atau mereka yang sudah bersekolah di sekolah dasar.
Perlu ada sedikit paksaan di sini, setidaknya keluarga tidak menyediakan sarapan pagi untuk mereka. Dengan membiasakan puasa setengah hari di waktu kecil, lama-kelamaan mereka akan penasaran apakah mampu atau tidak berpuasa sampai Maghrib.
Sewaktu saya kecil dulu pun demikian, puasa sampai Ashar adalah prestasi yang sangat membanggakan. Apalagi di saat usia sekecil itu, banyak anak-anak tidak puasa sama sekali.
Azan Dhuhur, Ashar dan Maghrib adalah suara paling ditunggu anak-anak. Bagi mereka mendengar azan itu tandanya mereka bisa makan kalau saja tidak mampu berpuasa sampai Ashar atau Maghrib.
Dengan mengajarkan puasa secara bertahap akan membuat anak-anak semakin terbiasa dengan puasa Ramadan. Jangan sekali-kali menjanjikan hadiah jika mereka puasa full atau setengah karena cara ini justru akan mengajarkan anak sedikit materialistik. Puasa bukan mengharap pahala malah mengharap materi duniawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H