Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdirinya 3 Kerajaan Abal-abal di Indonesia, Bukti Kalau Masyarakat Kita Suka yang Instan

16 Januari 2020   20:30 Diperbarui: 16 Januari 2020   20:32 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah diproses secara hukum, belasan warga jadi sadar bahwa untuk menjadi kaya tidak cukup dengan ritual saja apalagi Kerajaan Ubur-Ubur ini sudah dianggap melecehkan agama Islam. Kerajaan pun bubar pada 2018 silam. 

Ketiga, Kerajaan Lia Eden yang menganggap dirinya sebagai Tuhan ini menggemparkan warga. Lia Eden yang sudah dipenjara pada 2006 itu kembali berulah setelah menghirup udara bebas. Pengikutnya pun masih setia meski Lia Eden dicap sebagai bekas Napi.

Pengikut Lia Eden pun sama-sama menyukai hal yang berbau instan. Katanya, dengan mengikuti perintah dan ajarannya maka mereka bisa mudah masuk surga. Begitu instannya untuk mendapatkan tiket surga hanya dari sebuah bualan seorang wanita tanpa perlu berbuat kebaikan dan ketertiban di masyarakat.

Pepatah pernah mengatakan bahwa untuk mencapai tangga kesuksesan atau kebahagiaan, tidak cukup hanya dengan cara sekali pakai. Tidak ada di dunia ini yang tercipta dengan instan, bahkan untuk masak mi instan saja kita tetap butuh kompor dan air, tidak ujug-ujug jadi, apalagi untuk bisa kaya atau masuk surga.

Miris memang, mereka yang menyukai hal-hal instan hanya ingin menikmati tanpa usaha yang berarti. Kondisi ini jika terus dipelihara dan dibiarkan maka bisa jadi akan bermunculan kerajaan-kerajaan lain yang serupa yang mana selalu menawarkan kemudahan secara instan dengan bualan-bualan cerita dari si pendirinya.

Sementara si pendirinnya tertawa ria di balik topeng karena mendapat wibawa dan uang berlimpah dari para korbannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun