Setelah diproses secara hukum, belasan warga jadi sadar bahwa untuk menjadi kaya tidak cukup dengan ritual saja apalagi Kerajaan Ubur-Ubur ini sudah dianggap melecehkan agama Islam. Kerajaan pun bubar pada 2018 silam.Â
Ketiga, Kerajaan Lia Eden yang menganggap dirinya sebagai Tuhan ini menggemparkan warga. Lia Eden yang sudah dipenjara pada 2006 itu kembali berulah setelah menghirup udara bebas. Pengikutnya pun masih setia meski Lia Eden dicap sebagai bekas Napi.
Pengikut Lia Eden pun sama-sama menyukai hal yang berbau instan. Katanya, dengan mengikuti perintah dan ajarannya maka mereka bisa mudah masuk surga. Begitu instannya untuk mendapatkan tiket surga hanya dari sebuah bualan seorang wanita tanpa perlu berbuat kebaikan dan ketertiban di masyarakat.
Pepatah pernah mengatakan bahwa untuk mencapai tangga kesuksesan atau kebahagiaan, tidak cukup hanya dengan cara sekali pakai. Tidak ada di dunia ini yang tercipta dengan instan, bahkan untuk masak mi instan saja kita tetap butuh kompor dan air, tidak ujug-ujug jadi, apalagi untuk bisa kaya atau masuk surga.
Miris memang, mereka yang menyukai hal-hal instan hanya ingin menikmati tanpa usaha yang berarti. Kondisi ini jika terus dipelihara dan dibiarkan maka bisa jadi akan bermunculan kerajaan-kerajaan lain yang serupa yang mana selalu menawarkan kemudahan secara instan dengan bualan-bualan cerita dari si pendirinya.
Sementara si pendirinnya tertawa ria di balik topeng karena mendapat wibawa dan uang berlimpah dari para korbannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H