Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rahasia Marni

18 Januari 2018   20:16 Diperbarui: 18 Januari 2018   20:22 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.doctoroz.com

Marni adalah seorang tunanetra yang tinggal di pinggiran kali Ciliwung. Ia hidup bersama dua belas anakanya yang semuanya sudah sarjana bahkan bekerja di perusahaan yang terkenal. Millah, salah satu anaknya bahkan sudah menjadi dokter spesialis penyakit dalam dan memiliki klinik di daerah Jakarta Barat. 

Warga kali Ciliwung pasti heran melihat Marni yang hanya seorang tukang pijat urut tapi bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana. Mereka menduga kalau Marni melakukan tindakan prostitusi di dalam klinik pijatnya. Rumah Marni terbuat dari gubuk kayu, sementara lantainya beralaskan tanah. Kini setelah anak-anaknya sukses, rumah Marni menjadi rumah terbesar di daerahnya. Rumah Marni kini sudah tiga lantai.

Marni memiliki dua mantan suami. Sebelum mempunyai anak, Marni hanyalah seorang pengemis di jalanan bersama suami pertamanya, dari suami pertama inilah Marni melahirkan kedua belas anaknya yang sampai sekarang masih hidup semua. 

Marni sebagai seorang tunanetra mendapatkan uang paling banyak dari hasil mengemisnya dari pada teman-teman senasibnya sebab mereka merasa iba melihat Marni yang cantik tapi buta. Setalah ditinggal mati oleh suami pertamanya Marni menikah lagi dengan seorang pedagang asongan yang kebetulan sama-sama seorang tunanetra. 

Pernikahan tersebut tidak berjalan lama setalah Marni dipersunting oleh seorang duda kaya raya yang ditinggal mati oleh istrinya. Duda itulah yang selama ini diam-diam menyimpan rasa cinta pada Marni hingga semua kebutuhan Marni dipenuhi oleh duda kaya raya tersebut, sehingga Marni memilih menceraikan suami keduanya. Namun ketika ditanya oleh suami keduanya, Marni hanya menjawab kalau suami keduanya tidak unik.

Marni memang dikenal sebagai wanita cantik dan putih. Sebelum mempunyai suami, Marni adalah kembang desa di kampung halamannya di Pemalang, namun naas nasibnya ketika seluruh keluarganya meninggal dunia dalam insiden kebakaran akhirnya Marni ikut pamannya merantau ke Jakarta. Kini kisah Marni membuat warga pinggiran kali Ciliwung merasa iri dan heran.

"Eh! Si Marni itu loh kemarin baru beli mobil BMW!" gosip tetangga Marni.

"Iya! Lusa juga katanya dia mau umrah bareng anak-anaknya!"

"Eh! Tahu tidak, Jeng? Selama ini Marni berselingkuh dengan duda kaya raya ketika masih bersuami dengan Pujianto, suami keduanya!"

"Aku jadi heran dengan Marni. Jangan-jangan dulu sebelum dia kaya, dia memakai susuk, atau dia datang ke orang pintar dan meminta kekayaan melalui tumbal suami pertamanya."

"Aku juga berpikir seperti itu dulu tapi melihat semua anak-anaknya sarjana dan alim-alim pula. Bayangkan saja, Jeng! Anak-anaknya itu loh memberikan kita sembako tiap hari Minggu. Aku jadi merasa bersalah jika menuduh yang tidak-tidak mengenai Marni saat ini. Apalagi anaknya kan mau nyaleg jadi tidak enak jika harus mengunjing seperti ini terus!"

"Alah, kau bicara apa, Sri! Kau itu mendukung Marni dan anak-anaknya karena kau itu pembantu si Marni itu."

Kemudian ibu-ibu penggosip itu tertawa.

***

Sebulan setelah Marni umrah bersama anak-anakknya, Marni sering mengurung diri di dalam kamarnya. Sementara kedua belas anaknya sibuk berkampanye kesana kemari. Marni kini hanya tinggal bersama suami tercintanya. Suami itulah yang menemani Marni menjalani masa tuanya. Meski sudah tua, Marni terlihat masih awet muda, tak heran jika gosip baru juga muncul kalau Marni melakukan operasi plastik.

Suaminya tidak pernah mendengarkan gosip-gosip dari tetangga mengenai perihal Marni. Suaminya tahu kalau tetangga-tetangganya sebenarnya merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh Marni.

Suaminya hanya mau mendengarkan apa yang Marni katakan. Bahkan suaminya sangat tunduk dan patuh terhadap Marni.

***

Pujianto, mantan suami kedua dari Marni adalah salah satu penggosip nomer satu di pinggiran kali Ciliwung. Bahan gosipannya adalah mantan istrinya dahulu, Marni. Pujianto masih mencintai Marni dan tidak rela jika istrinya direbut oleh duda kaya raya. Pujianto ingin berbalas dendam terhadap Marni, salah satunya dengan mengunjing-gunjingkan mantan istrinya itu kepada tetangganya.

Suatu ketika ide baru muncul di pikiran Pujianto, ia ingin mengetahui rahasia yang dimiliki oleh mantan istrinya sehingga duda kaya raya rela mempersunting wanita tua tenuanetra itu. Pujianto mengundang tetangganya untuk menyusup ke dalam rumah Marni.

"Para tetangga yang budiman, mari kita bongkar semua rahasia Marni malam ini juga. Kalian semua pasti merasa heran dengan apa yang dimiliki Marni selama ini, bukan?" kata Pujianto yang kata-katanya didengarkan oleh tetangga. Apalagi tetangganya juga merasa heran dengan apa yang didapatkan oleh Marni secara cuma-cuma. Sedangkan mereka sudah berdandan secantik mungkin tetap saja tidak ada satupun duda kaya raya yang mau mempersuntingnya.

"Malam ini selepas Maghrib kita masuk ke rumah Marni, setuju tidak?" lanjut Pujianto.

"Kata anaknya, Marni suka tidur setelah melaksanakan sholat Maghrib," celoteh Pujianto.

Rencana Pujianto benar-benar disusun secara matang. Malam itu selesai melaksanakan sholat Maghrib, Pujianto beserta warga Ciliwung yang membenci Marni mencoba menyusup ke dalam rumah Marni yang kebetulan tidak ada satpam yang berjaga. 

Marni termasuk orang yang pelit, uang yang ia kumpulkan selama ini hanya digunakan untuk anak-anaknya meraih gelar sarjana setelah itu anak-anaknya disuruh nyaleg agar uang yang dulu Marni berikan bisa kembali lagi selain anak-anaknya bekerja. 

Oleh sebab itu, Marni tidak pernah mengeluarkan jasa pengamanan di rumah besarnya. Katanya yang bisa menjaga dirinya adalah kewaspadaan dari suaminya. Lagi pula di rumah Marni ada anjing besar yang selalu menggonggong jika ada orang berani masuk ke rumahnya tanpa ijin.

Pujianto beserta tetangganya meyuntik anjing besar tersebut hingga tertidur pulas. Pujianto merasa berhasil setelah ia bisa memasuki ruang tamu Marni. Di sana, terdapat beberapa lukisan hewan-hewan berkaki empat, seperti kijang, macan, dan gajah. Koleksi-koleksi itu hampir menutupi seisi ruang tamu yang sangat megah bagi Pujianto. 

Warga juga merasa heran sebab selama ini belum ada satupun warga pinggiran kali Ciliwung yang bisa memasuki rumah Marni kecuali orang tertentu saja yang bisa masuk ke rumahnya. 

Pernah sekali, pembantu rumah tangga Marni yang tinggalnya di luar rumah Marni, ia hendak memberikan barang belanjaan yang dititipkan oleh Marni, sang majikan, namun ketika mengetuk-ketukan pintu yang didapatinya hanya ruangan kosong. Anehnya, pembantu rumah tangga itu menjadi bisu setelah hendak masuk ke kamar Marni. Namun pembantu rumah tangga itu bisa sembuh ketika keluar dari kamar sang majikan.

Rumah Marni yang sangat tertutup membuat para warga tidak tahu apa yang dilakukan Marni di dalam rumah sebesar itu bersama suaminya. Ketika menjadi istri Pujianto, Marni tidak pernah seaneh itu. Marni suka bergaul dengan warga sekitar. Namun setelah ia kaya raya, rumahnya bagaikan kuburan yang tidak ada satupun warga bisa memasuki rumahnya. 

Apalagi Marni menjadi pribadi yang tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga-tetangganya. Anak-anaknya yang kini tidak pernah kembali lagi ke rumah ibunya setelah umrahpun membuat warga semakin heran dan bingung. Anak-anaknya yang sibuk kampanye tidak pernah pulang ke rumahnya. Katanya, anak-anaknya itu kini sudah menjadi anak yang sombong dan durhaka. 

Namun katannya juga, mereka diancam ibunya untuk menang menjadi wakil rakyat dan mengembalikkan semua uang yang selama ini diberikan oleh ibunya. Padahal anak-anaknya sudah sukses dan mempunyai uang banyak namun anehnya Marni tidak mau menerima uang itu jika itu bukan hasil dari kemenangan anaknya merebut kursi wakil rakyat. 

Desas-desus ini tentu disampaikan oleh Pujianto yang menjadi mata-mata khusus. Apalagi Pujianto merasa disakiti oleh wanita yang dicintainya selama ini. Pujianto masih berharap kalau Marni bisa kembali ke pangkuannya menjadi istri sahnya.

Malam itu Pujianto dan tetangganya berjalan perlahan-lahan menuju kamar megah Marni. Mereka berjalan mengendap-endap dan merasa khawatir jika sewaktu-waktu Marni bangun lalu menuduh mereka sebagai pencuri. Ia tidak mendapati sesuatu yang aneh atau benda mistis lainnya, yang ditaruh diatas meja hanya foto mesra Marni bersama suami barunya.

Ketika hendak memasuki kamar Marni, tiba-tiba perut Pujianto merasa sakit. Ia tidak bisa menahan rasa sakitnya tersebut hingga ia memilih keluar dari rumah Marni lalu buang air di rumahnya sendiri, ia takut jika buang air di rumah Marni akan membangunkan Marni karena suara ciprtan air yang bisa membuat Marni terbangun dari tidurnya. 

Pujianto tahu kalau Marni orangnya mudah terbangun, mendengar ketukan pintu saja langsung membangunkannya, Pujianto tentu tahu hal itu sebab dulu ia pernah menjadi suaminya.

Pujianto menyuruh tetangganya yang terdiri dari sepuluh orang, agar tetap mengintip kamar Marni dan membongkar semua rahasia Marni. Warga Ciliwung tidak bisa menolok perintah dari Pujianto, seorang tunanetra, sama halnya dengan Marni. Apalagi mereka juga merasa sakit hati terhadap Marni. Mereka sakit hati karena iri akan kecantikan dan keberuntungan Marni yang hanya seorang tunanetra.

Keanehan lain datang, Laili, tetangga yang paling suka menggosip  juga ikut-ikutan hendak masuk ke kamar Marni yang terkunci rapat sampai ke depan pintu kamarnya ia menjadi bisu lagi, persis seperti kejadian saat dulu ia hendak masuk ke kamar pribadinya. Laili sulit untuk bicara, katanya, seperti ada yang menutupi mulutnya, akhirnya Laili memilih untuk keluar dari rumah Marni. Setelah keluar, Sri bisa bicara layaknya orang normal.

Kejadian itu bukannya membuat warga Ciliwung takut namun malah membuat mereka tambah penasaran ingin melihat apa sebenarnya yang ada di dalam kamar Marni. Satu persatu warga Ciliwung hendak menyusup ke kamar Marni namun mereka tetap mengalami kejadian aneh. 

Mulai dari sakit perut, pingsan secara tiba-tiba sampai kakinya mengalami kram. Kini tinggal satu orang yang bertahan di rumah Marni malam itu, dia adalah Sutijah, istri ketua RT yang juga pernah merasa sakit hati karena cintanya ditolak oleh duda kaya suami Marni. 

Namun cintanya ditolak berkali-kali. Sutijah sudah tiba persis di depan kamar Marni yang terkunci. Ia mencari ide agar bisa melihat apa yang Marni lakukan dan sembunyikan. Apakah benar setelah sholat Maghrib Marni langsung tidur.

Namun ia tidak bisa melihat apa-apa sebab pintu kamarnya terkunci rapat. Akhirnya Sutijah mencari cara lain yaitu dengan mengintip Marni lewat celah di bawah pintu kamar Marni yang memiliki ventilasi kecil. Sutijah bisa melihat apa yang Marni lakukan saat itu dan hal itu bisa menjawab mengenai keanehan Marni selama ini.

"Ternyata hanya itu rahasianya, Marni bisa mendapatkan duda kaya raya, bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana, sampai diincar oleh pria-pria lainnya, besok aku ceritakan kepada semua warga agar mereka tidak salah paham dan mengerti apa sebenarnya rahasia dari Marni," kata Sutijah dalam hati. Malam itu juga ia keluar dari rumah megah Marni.

***

Pagi harinya Sutijah ditemukan tewas secara misterius di kamar kecilnya. Ia tewas bersama Pak RT, suaminya. Kata dokter, Sutijah  tewas bersama suaminya karena memaksakan diri melakukan apa yang Marni dan suaminya kerjakan di malam hari. Belum diketahui maksud dan tujuan Sutijah dan suaminya melakukan hal tersebut, namun beberapa warga yakin kalau Sutijah meninggal karena memaksakan diri melihat rahasia Marni.

Hal tersebut menambahkan rasa penasaran tetangga. Terutama Pujianto. Pujianto merasa bahwa selama ini rahasia Marnilah yang membawa Marni seberuntung sekarang. Namun apa daya setelah dilakukannya interogasi tadi malam membuktikan bahwa rahasia Marni sulit untuk diketahui.

"Untung tadi malam aku lansgung keluar dari rumah Marni ketika kakiku tiba-tiba keram. Ini salah Sutijah sendiri, dia memaksakan diri ingin melihat rahasia Marni," kata salah satu warga Ciliwung yang tadi malam mengikuti apa yang diperintahkan oleh Pujianto.

"Iya benar. Aku saja tadi malam sempat pingsang namun begitu seseorang membawaku keluar dari rumah Marni aku langsung sadar dari pingsannya," ujar tetangga Marni.

Di samping rumah megah Marni itu terdapat warung kopi yang dijadikan tempat berkumpulnya ibu-ibu penggosip yang merasa sakit hati terhadap Marni.

Tiba-tiba saja Marni melewati warung kopi tersebut bersama suami tercintanya. Mereka membawa mobil terbarunya. Mobil sport dari Italia.

"Lihat Marni dan suaminya mau kemana yah?"

"Bagaimana kalau kita ikuti saja kemana Marni Pergi," usul Pujianto yang selama ini mempunyai usulan dan mata-mata khusus meskipun ia juga seorang tunanetra  namun ia memiliki anak buah yang sangat banyak.

"Tapi sudahlah ngapain kita ngurusin urusan pribadi orang jadinya kita kena batunya aku tidak ingin kejadian seperti semalam terjadi lagi apalagi kejadian meninggalnya Sutijah dan suaminya," kata salah satu tetangga dianggukkan oleh tetangga lainnya.

Mereka pergi ke rumah masing-masing kecuali Pujianto. Dia masih penasaran dengan rahasia Marni. Ia juga berniat akan datang lagi nanti malam ke rumah Marni meskipun ia seorang tunanetra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun