Mike mengusap matanya lalu mencoba menjawab teleponnya. Tetapi dahinya mengernyit ketika mendengar suara orang di seberang yang menelpon.
"Bukan suara Mega. Lalu siapa lelaki ini ?" Gumamnya penuh tanya dalam hati.
"Hallo, apa betul ini Mike ?"
"Ya, betul. Ini aku Mike. Ada apa ya ? Kenapa handphone Mega bisa berada di tangan kamu ?"Mike langsung menyerangnya dengan pertanyaan bernada geram.
"Maaf, handphone ini saya temukan tadi di sebuah taman. Beruntung bahwa handphone ini tidak diamankan dengan lockscreen sehingga aku bisa mengaksesnya," lelaki itu menerangkan.
"Hah, kok bisa jatuh ? Di Taman ? Apakah Mega ke taman tempat kami biasa menghabiskan waktu berdua  ?" Mike bertanya-tanya dalam hati.
"Aku mau mengembalikan handphone ini kepada orangnya. Mungkin mas Mike bisa menolongku  ?" tanya Lelaki itu lagi.
"Ya, baiklah. Terima kasih sebelumnya sudah mau mengembalikan handphonenya. Â Kirim saja alamatmu dan aku akan menemuimu besok. Aku sedang tidak ingin keluar malam ini. Aku percaya kamu orang baik. Kita bertemu besok," kata Mike santai dengan nada malas. Ia benar-benar tidak mau kemana-mana. Mike hanya ingin tidur. Bahkan sampai mengorbankan handphone orang yang sudah ia anggap saudarinya - Â meskipun dia telah jujur mengatakan dia mencintainya - untuk berada di tangan orang lain malam ini.
"Sejahat ini kah aku mengabaikan Mega dan perasaannya ?"
"Ya, baiklah. Akan aku kirimkan alamatku," kata lelaki itu lagi sebelum mematikan teleponnya.
"Huhh,,,dasar teledor," Mike masih menggerutu tanda kesal karena diganggu. Ia meletakkan kembali handphonenya lalu tidur.
"Semoga tak ada lagi yang menggangguku. Aku hanya ingin tidur. Sungguh."
                                    Â
                                           * * * * *