"Mereka sementara dalam perjalanan" katanya."Mereka mau singgah dulu di Mowewe ketemu kakeknya dan makan durian."
"Wah,, enak juga mereka ehh" kataku menyahut.Â
Banyak hal tak mungkin dituliskan secara nyata, selain daya ingat, juga daya rasa yang tak punya kapasitas besar. Sungguh bangga bisa mendapatkan orang-orang yang menyambut kami dengan baik.Â
Sebelumya di Kolaka, kami juga ketemu sama kak Rahma Wati, guru pengajar yang membantu proses kerja kami di Pomalaa. Darinya kami dipermudah, bincang-bincang dengannya juga seru. Menarik dan lucu. Untung sudah bagi kontak dan saling ngirim pesan via WhatsApp.Â
Terimakasih untuk yang rela, untuk yang bersedia, untuk yang memberikan arah, semua tidak sia-sia, jika kami tak sanggup memberikan apa-apa selain kata terima kasih, maka Tuhan adalah pemberi segalanya.Â
Kami putuskan untuk kembali ke rumah elis. Bersamaan dengan datangnya Fikar dan Rizki. Mereka dalam perjalanan setelah jumpa temu keluarga.Â
Menjelang malam kami pergi, nyatanya kalimat pergi untuk kembali ada benarnya juga. Ia juga sempat bilang kalau mau pulang Kendari, bermalam ke rumahnya dulu. Alhamdulillah, tidak perlu neko-neko untuk mendeskripsikannya.Â
Fikar, mahasiswa yang tegas, juga dapat tugas ngesurvei di bombana. Tak jelas sudah apa belum perkaranya. Sementara Rizki, mahasiswa bertubuh padat yang lagi kesepian. Datangnya ke kolaka dua orang itu adalah bahagia bagi kami. Karena sama-sama punya sisi humor. Haha..
Kami duluan tiba. Disusul mereka dua jam setelahnya. Jangan lupakan mata sarenggang merah merona melumuri mata. Bukan sepasang kekasih yang melawan, tapi sepasang mata yang kesakitan.Â
"Elis, malam ini kita cerita jangan tatap-tatapan ya, matanya kami sakit merah, bisa kena transfer nih,"..
"Hahaha,,, kenapa bisa?"Â