Namun, setahun berlalu, ada penambahan pengajar, Elsi seorang guru Matematika berdarah Batak. Kondisi ini bersamaan dengan bertambahnya siswa hingga berkisar 20 orang. Dan setiap tahunnya mengalami peningkatan hingga puluhan siswa, dengan bertambah lagi tanaga pengajar pria bersarjana bernama Hari.
Ibu Hermina tidak hanya sekedar seorang perantau dari tanah Jawa, ia merupakan seorang guru penuh rendah hati, dan berbesar hati mengorbankan segalanya untuk pendidikan di area tersebut.
Tidaklah mudah perjalanannya. Ia harus awali dengan penuh derita, keterbatasannya diawal waktu ditandai dengan kondisi kehamilan putrinya, yang harus rela berjalan kaki, karena saat itu, ia belum memiliki sepeda motor.
Kondisi memprihatinkan juga dirasakan dengan kondisi ekonomi apa adanya, dengan jumlah honor yang diperoleh sebesar 300 ribu rupiah dari komite sekolah.
Namun, kondisi kesejateraan terus mengalami peningkatan, hingga saat ini ia pun memperoleh honorarium yang lebih baik dari Dinas Pendidikan Kab. Muaro Jambi. Meskipun, mereka dapatkan secara bertahap.
Pasrahnya "Bidan Desa"
Perjalanan dari kawasan Sei Jerat kami lanjutkan hingga ke daerah lainnya. Dusun Tanjung Mandiri dan Mandiri Alam Sakti tampaknya lebih maju dari daerah lainnya di kawasan ini. Tujuan utamanya, penulis akan berkoordinasi dan memverifikasi kesehatan dengan bidan desa, Hermanita, Am. Keb.Â
Sasaran utamanya adalah, penulis berupaya mencari info terkait bagaimana komunitas suku terasing SAD berpartisipasi aktif pada dunia kesehatan dan kegiatan bulanan rutin di posyandu. Hermanita menuturkan, bahwa tingkat partisipasi mereka masih rendah.
Menurutnya, hal tersebut dibuktikan dengan ketidak aktifan mereka pada posyandu di wilayah terdekat komunitas SAD.