Mohon tunggu...
Mursal Bahtiar
Mursal Bahtiar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hamba Allah

Orang Timur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Tak Selembut Kasur Kapuk

14 Januari 2023   20:59 Diperbarui: 14 Januari 2023   21:17 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Riman La Maulia

Sebuah Goresan Tangan Riman La Maulia. "Antara Cinta, Kasur, Dan Pengorbanan"

Romansa cinta memang tak dapat terelakkan di setiap perjalanan hidup anak manusia. Betapa kagumnya penikmat rasa yang tak sanggup memberi nama atas rasa yang di alaminya, yang itu hingga kini di namai dengan sebutan cinta.

Dari ketiadaan hingga berada dalam keadaan yang mengada, sampai tiba pada suasana ada, cinta telah melekat rapih dalam rongga dada anak Adam. Ada yang menikmatinya dalam kewarasan hingga gila, dan ada yang menikmatinya dengan benar-benar gila. Ya..! Gila karena cinta.

Rasa cinta itu menuai kisah. Kisah berkesan baik bagi pribadi maupun bagi yang membaca yang dituangkan dalam tulisan.

Seperti yang di kisahkan seorang lelaki pekerja keras Asal Obi. Sebut saja Riman. Entah karena terkesimah oleh cerita kisah cinta dari sepupunya, atau merasa lucu dengan kisah yang di dengarnya yang di tuangkan di laman Facebooknya miliknya.

Riman dalam tulisannya, bercerita tentang sepasang kekasih yang rela tuang nyali mengorbankan segala yang di milikinya untuk sang kekasih tercinta. Lelaki berinsial M yang dikisahkan Riman adalah perantau asal Buton yang kesehariannya adalah berdagang kasur kapuk.

Di tiap harinya, M memikul kasur kapuk di bahunya kemudian berkeliling di tiap perkampungan untuk menjual dagangannya.

Di suatu senja sore, M yang hendak kembali ke kapal di mana Kasur yang di jual tersebut harus di kembalikan karena belum laku di jual. Kelelahan yang mencerca M mekasnya untuk beristirahat di rumah warga suatu desa. 

Asik dalam peraduannya di teras rumah orang, M di kagetkan dengan sosok wanita berparas cantik yang hendak membangunkanya. Melihat M yang lelah, wanita cantik itu menawarkan segelas air putih. M yang kaget dengan paras cantik hanya bisa meminum air putih sambil melotot menikmati pemandangan cantik di depan matanya.

"Maaf sudah merepotkan" kata M

"Tak apa-apa, kamu tentunya lelah" jawab si wanita. "Maaf, namamu siapa? Tanya M. "Namaku Sarah" Jawab wanita si pemberi air.

Sejak perkenalannya dengan Sarah, saat itupun M tak lagi berkonsentrasi menjual kasurnya. M selalu di hantui paras Sarah yang begitu mempesona.

Lambat lain waktu berjalan M berupaya untuk nyatakan cintanya kepada Sarah. 

"Bolehkah saya menanyakan sesuatu kepadamu" tanya M kepada Sarah yang di jumpai di teras rumahnya. "Apa itu? jawab Sarah. "Apakah kamu berfikir sama dengan apa yang aku pikirkan? tanya M kembali. Perlahan, Sarah tersipu malu dan tersenyum. Nampaknya Sarah mengerti apa yang barusan di tanyakan M. Dengan tenang Sarah menjawab, "Saya tau apa yang ada di kepalamu, itu juga ada di kepala dan hatiku. Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Dan baiklah! kita akan menjalani hubungan ini" jawab Sarah hingga membuat M terdiam malu.

M sebelumnya telah melakukan pendekatan kepada Sarah dengan terus datang bertamu di rumah Sarah.

Terbuai dengan jawaban yang di lontarkan Sarah M lantas mabuk cinta. Hari itu M merasakan kebahagiaan yang amat mendalam. Rasanya seperti menjual kasur yang lakunya mencapai seribu kasur per hari. Hmmmm! Riman bercanda dan tertawa dalam tulisannya.

Cinta keduanya berjalan ibarat kisah cinta dalam film telenovela. Meski mendapat respon tak baik dari ibu Sarah, M tetap memperjuangkan cintanya. 

Begitu tinggi pengorbanan M untuk meluluhkan hati ibu Sarah. Sampai-sampai M rela menggadaikan sertifikat rumah milik orang tuanya demi membantu Sarah yang kepayahan dalam mengurusi hal keluarganya.

Namun, nasib sial menimpah M, ketika mendengar Sarah harus di kawinkan dengan pilihan orang tuanya. Hati M begitu hancur, berderai air matanya di sepanjang hari.

"Sungguh tak ku sangka kau berpaling tadah, cinta kita setakap di bibir saja" Tutur sedih M sambil berlinang air mata.

Dalam keadaan sedih dengan hati yang hancur, M makin bertambah hancur ketika menerima surat undangan perkawinan Sarah. Meski hancur M tetap bekerja keras untuk melunasi tagihan di Bank melunasi pinjaman atas sertifikat yang di gadaikanya bersama Sarah.

Dua hal yang setiap hari mengahantui M. Rasa cinta kepada Sarah dan Sertifikat milik orang tuanya.

Hal itu memaksa M memeras keringat di atas mobil Dam truk mengantar pesanan pasir di tiap pelanggan. Sediki demi sedikit di kumpulkan M untuk melunasi tunggakan di Bank.

Sore itu, M mencoba mengais rezeki dengan berprofesi sebagai tukang ojeg. Tak di sengaja M yang baru saja mengantar penumpang lalu kemudian menuju ke pelabuhan. Di pelabuhan, M lantas menanti kapal yang akan berlabu di pelabuhan. Tak di sangka, kapal yang berlabu di naiki M dengan tujuan mencari penumpang. Tiba-tiba M di kagetkan dengan sosok wanita yang pernah di kenalnya. Wanita itu tersipu malu dengan alis yang telah di hias. 

M lantas berlari menuruni anak tangga kapal. M tak kuasa melihat perempuan yang pernah mengahancurkanya. Sarah pun menangis melihat M. 

Dalam hati M berkata. "Begini lah nasib penjual kasur. Kehidupan Sarah dan kasur yang duka Jual memang tak sepadan. Tapi daku dan kasurku adalah dua hal yang tak bisa di pisahkan" kata M dalam hati.

"Memang nasib. Cinta memang tak selembut Kasur Kapuk" Ujar M.

Selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun