"Bossku" suaranya pelan nyaris tak terdengar. Kamar ini sepi, hanya ada aku dan dia.
Â
"Apa ? bossmu ? bukankah bossmu sudah beristri ? setahuku dia juga sudah memiliki anak" tak dapat kusembunyikan berjuta keheranan dalam suaraku. Aku memandangnya semakin lekat dan ia menunduk semakin pekat.
Â
Dengan suara lirih nyaris serupa angin Maya menuturkan cintanya. Bossnya bukanlah pria tampan namun ia amat perhatian. Komunikasi yang begtu rutin, kecocokan dalam obrolan dan suara khas nan menenangkan dari pria itu membuatnya menjatuhkan hatinya.
Â
Pria yang selalu ia abaikan sebelumnya. Yang selalu menemaninya berkerja lembur untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Yang selalu membuat bualan aneh yang kadang tak lucu sama sekali baginya.
Â
Namun dari situ ia jatuh cinta
Â
"Ia sering berbicara, dari situ semua berawal" ia menatapku sendu seolah meminta pembenaran akan cintanya.