Aku melangkah menuju tempat dudukku tadi. Sambil mengingat kepergian dia berenang di pantai tapi tak pernah kembali. Berhari-hari hingga sampai lima tahun ini tak ada kabar. Ternyata kamu terbang ke langit dan tak pernah kembali gara-gara ketemu Ken Dedes. Apakah itu Ken Dedes KW? Entahlah.
Wajar saja, si ganteng tergoda. Pria-pria bangsawan waktu mudanya Ken Dedes saja banyak yang kepincut kecantikannya. Apalagi si ganteng hanya warga biasa. Yang mendapat kesempatan tergoda dan digoda Ken Dedes. Ternyata Ken Dedes juga suka si ganteng, sampai terus terus terang ke Luna. Pergilah. Sekarang aku tak penasaran lagi. Karena kamu suka Ken Dedes. Kamu juga bahagia bersama Ken Dedes. Sekarang aku ikhlas.
"Habis ini kita ke taman Ken Dedes ya, " kataku dengan bahagia.
"Taman Ken Dedes itu mana," tanya yang lain.
"Taman Putri itu. Aku lebih suka bilang Taman Ken Dedes. Taman yang cantik seperti Ken Dedes." Aku tersenyum sambil mata ini melihat bulatan hitam mata Luna.
Ajakanku yang tiba-tiba tentu saja mengagetkan Luna. Yang lain oke-oke saja.
"Ngapain?" tanya Luna.
"Wanginya tempat itu, indahnya tempat itu, dan nyamannya tempat itu obat untuk lelah." Ucapku seadanya.
"Lha, kamu kok capek. Habis kerja apa?"
"Yang capek mataku, pingin lihat cantiknya bunga di sana. Biar mataku segar kembali."
Yang lain setuju saja. Kecuali Luna.