Modul 2.3. Coaching Untuk Supervisi Akademik memiliki kesesuaian dengan salah satu peran guru penggerak yaitu menjadi coach bagi guru lain. Dimana sebagai guru penggerak  diharapkan  untuk berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya untuk menelaah proses belajar mereka sendiri, dan memberdayakan dirinya melalui refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesionalnya sendiri.  Mereka harus dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitifnya ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah.
Dalam menjalankan peran sebagai coach, saya merasa tertantang karena harus  bisa menggali pengalaman dalam mengatasi masalah misalnya saat mendengarkan saya harus bisa sabar dan saat membuat pertanyaan berbobot saya harus dapat membangkitkan pengetahuan coachee dengan tanpa berusaha memberikan arahan. Saya juga belajar menahan diri untuk tidak menjudgment, mengasumsikan serta mengasosiasikan ketika coachee berpendapat. Tentunya agar yang menjadi tujuan dari coaching berhasil  saya harus mampu mengendalikan diri agar emosi saya tetap terkontrol.  Oleh karenanya  keterampilan sosial emosional yang saya dapat di modul 2.2 berupa lima kopetensi social emosional akan membantu sekali seperti kesadaran diri, manajemen diri maupun keterampilan berelasi untuk diterapkan ketika saya menjadi coach.
Keterkaitan peran saya sebagai coach di sekolah dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social dan emosional sangat erat.  Keterampilan coaching dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Misalnya, coach dapat membantu guru untuk: memahami kebutuhan belajar siswa: coach dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu guru untuk memahami apa yang siswa ketahui, apa yang mereka butuhkan untuk belajar, dan bagaimana mereka belajar.  Dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang berdiferensiasi, coach dapat membantu guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa, memantau dan mengevaluasi pembelajaran siswa, dan  untuk memastikan bahwa mereka mencapai tujuan pembelajaran.
Selaras dengan sistem among yang dianut Ki Hajar Dewantara dimana  guru berperan menuntun murid untuk mencapai kebahagiaan setinggi tingginya.  Kaitannya dengan menuntun, salah satunya guru dapat mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran di kelasnya, dimana pembelajaran disesuaikan dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dan hal ini sesuai dengan filosofi KHD dengan mengibaratkan guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman padinya.
Agar saat melakukan coaching kita bisa hadir sepenuhnya (presence) maka perlu  melatih diri untuk mindfulness, salah satunya dengan  melakukan kegiatan STOP seperti yang telah dipelajari pada modul 2.2. Pembelajaran Sosial Emosional agar bisa menemukan focus  sebelum dan selama melakukan percakapan coaching.  Keterampilan coaching juga dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran sosial dan emosional. Misalnya, coach dapat membantu guru untuk: 1) Membangun hubungan yang positif dengan siswa: 2) untuk mengembangkan hubungan yang positif dengan siswa sehingga siswa merasa nyaman untuk belajar dan berkembang.  Dalam membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional: Coach dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, seperti keterampilan komunikasi, kerja sama, dan resolusi konflik. Dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pembelajaran sosial dan emosional: Coach dapat membantu guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pembelajaran sosial dan emosional, seperti lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung siswa untuk mengambil risiko.
Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran,  penting dan sangat dibutuhkan karena dapat membantu pemimpin pembelajaran untuk: 1) Membangun tim yang kuat: Coach dapat membantu pemimpin pembelajaran untuk membangun tim yang kuat dengan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan anggota tim. 2) Mengembangkan komunitas belajar: Coach dapat membantu pemimpin pembelajaran untuk mengembangkan komunitas belajar yang mendukung pembelajaran dan pengembangan profesional guru. 3) Memimpin perubahan: Coach dapat membantu pemimpin pembelajaran untuk memimpin perubahan dengan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan anggota tim untuk mendukung perubahan.
Sehingga dapat disimpulkan hubungan keterkaitan antara pembelajaran pada modul 2.1. Pembelajaran diferensiasi, modul 2.2. Pembelajaran social dan emosional dengan modul 2.3.Coaching untuk supervisi akademik sangat erat dan berpengaruh sekali dalam mendukung pembelajaran dan pengembangan professional guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H