Mohon tunggu...
Murnasih Murnasih
Murnasih Murnasih Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMPN 1 Randudongkal Kab.Pemalang

Memanfaatkan waktu dengan hal positif, menulis, belajar baking dan cooking,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik

23 Juli 2024   15:37 Diperbarui: 23 Juli 2024   16:52 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3. Coaching Untuk Supervisi Akademik

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media

Kesimpulan hasil mempelajari modul 2.3.

Mempelajari modul 2.3. tentang praktik coaching supervise akademik, memberikan wawasan pada kami bahwa sebagai pemimpin pembelajaran tidak menutup kemungkinan akan melakukan kegiatan supervise akademik yang dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid (Standar Proses SNP Pasala 12) dan juga untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah (Standar Tenaga Kependidikan SNP Pasal 20 ayat 2).  Adapun untuk memenuhi kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset serta keberpihakan pada murid,  seorang pemimpin pembelajaran maupun sekolah harus dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensinya dan juga orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai.  Pendekatan yang dianggap tepat adalah yang diawali dengan paradigma berfikir yang memberdayakan, seperti yang diungkapkan oleh Whitmore (2003) salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah Coaching, yang merupakan kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach menfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dan coachee (Grant, 1999). International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

Dalam konteks pendidikan, coaching sangat dibutuhkan. Ki Hadjar Dewantara menekankan tujuan pendidikan adalah menuntun tumbuhnya atau hidupnya kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya.  Oleh karena itu keterampilan coaching sangat diperlukan kita sebagai pendidik karena proses coaching merupakan komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, dimana murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

Paradigma berfikir coaching dapat digunakan untuk membantu rekan sejawat dalam mengembangkan kompetensi dirinya dan menjadi otonom, yaitu dengan : 1) Focus pada coachee/rekan yang dikembangkan, 2) Bersikap terbuka dan ingin tahu, 3) Memiliki kesadaran diri yang kuat dan 4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan.  Prinsip coaching dikembangkan dari kata kunci pada definisi coaching yaitu kemitraan, proseskreatif dan memaksimalkan potensi.  Ada tiga kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat yaitu kehadiran penuh (presence) tujuannya adalah agar kita bisa selalu focus untuk bersikap terbuka, sabar dan ingin tahu tentang coachee, mendengarkan aktif  (harus bisa menghindari adanya asumsi, melabel dan mengaitkan dengan pengalaman pribadi (asosiasi), mengajukan pertanyaan berbobot, salah satunya cirinya berasal dari hasil mendengarkan aktif misalnya mendengarkan dengan “RASA” yaitu Receive (menerima), Appreciate (apresiasi, Summarize (merangkum) dan ask (tanya).

Alur TIRTA menjadi acuan dalam alur percakapan coaching yang akan membantu coach melakukan percakapan dengan efektif dan bermakna. Tirta berarti air, jika diibaratkan murid adalah air maka dibiarkan merdeka mengalir lepas hingga hilir potensinya.  Tirta merupakan alur percakapan yang terdiri atas kemampuan menanyakan tujuan umum, melakukan identifikasi berupa penggalian dan pemetaan situasi yang dibicarakan dan menghubungkan dengan fakta yang ada, melakukan rencana aksi yang merupakan pengembangan ide/alternative solusi untuk rencana yang akan dibuat dan tanggung jawab yaitu membuat komitmen atas hasil yang dicapai untuk langkah selanjutnya.

Supervise akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas.  Merupakan kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetesi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid.  Adapun prinsip prinsip supervisi akademik dengan paradigma berfikir coaching meliputi : kemitraan (proses kolaboratif antara supervisor dan guru), konstruktif (bertujuan mengembangkan komptensi individu), terencana, reflektif, objektif (data diambil berdasarkan kesepakatan), berkesinambungan dan komprehensif (mencakup tujuan dari proses supervise akademik)

Refleksi Pembelajaran Modul 2.3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun