Ketika membukanya ia hanya melihat dandang tersebut hanya berisi sebutir beras. Jadi selama ini Nawang Wulan dengan kesaktiannya sebagai bidadari yang masih tesisa ia mampu memasak nasi yang banyak hanya dari sebutir beras. Sepulang dari sungai, Nawang Wulan memeriksa dandang apakah nasinya sudah matang dan ia melihat bulir beras itu masih tetap utuh. Nawang Wulan pun marah kepada Jaka Tarub mengapa ia melanggar janji. Akibat dari perbuatannya itu kini kesaktian Nawang Wulan telah sirna dan menjadi seperti manusia biasa. Sekarang Nawang Wulan harus memasak nasi dengan cara konvensional. no more magic.
Nawang Wulan memasak nasi mengambil gabah dari lumbung padi mereka yang tentu saja makin lama stok makin berkurang. Tibalah pada sisa gabah terakhir, saat Nawang Wulan ingin mengambilnya ia menemukan pakaian dan atribut bidadarinya. Akhirnya ia mengetahui ternyata selama ini Jaka Tarub lah yang telah mencuri pakaiannya. Nawang Wulan segera memakai kembali 'seragam' bidadarinya itu yang disebut Ananta Kusuma. Seketika kesaktiannya sebagai bidadari pun kembali seperti semula.Â
Kemudian Jaka Tarub kembali ke rumah dan mendapati Nawang Wulan sudah mengetahui kebohongannya. Nawang Wulan marah besar kepada Jaka Tarub dan ingin segera kembali pulang ke kayangan. Jaka Tarub meminta maaf dan memohon agar Nawang Wulan tidak pergi namun Nawang Wulan bersikeras untuk tetap kembali ke kayangan. Jaka Tarub bingung bagaimana dengan anak mereka. Nawan Wulan berpesan jika anak mereka menangis bawalah anak mereka naik ke atas panggung rumah yang di bawahnya dibakar jerami ketan hitam. Itu sebagai tanda Nawang Wulan harus turun ke bumi untuk menyusui anaknya.Â
Lalu terbanglah Nawang Wulan ke kayangan sambil nyanyi lagunya Katty Perry "yeah..I'm born again, outta the lion's den..the story over now. The end. I wish I knew then, what I know now. Wouldn't dive in, wouldn't bow down..you made it so sweet till I woke up..yeah I'm falling from cloud nine..". Jaka Tarub kini hanya bisa menyesali perbuatannya dan harus menerima kenyataan harus membesarkan anaknya seorang diri karena Nawang Wulan telah pergi. Selesai.
The moral of this story are:
- Jangan mengambil suatu hal yang bukan haknya. Mungkin kita berhasil mendapatkannya tetapi jika itu bukan milik kita maka cepat atau lembat pasti akan kembali kepada sang pemilik.
- Jangan sok jadi pahlawan padahal ada udang di balik bihun. Seperti Jaka Tarub yang datang menolong Nawang Wulan memberi pakaian seolah ia problem solver, namun sebenarnya hanya akal-akalan saja. Kalau sudah kenyang setiap kebohongan akan terbongkar. Serapat-rapatnya bangkai disimpan lama-lama baunya pasti akan tercium.
- Jangan terlalu kepo. Jaka Tarub terlalu kepo kenapa Nawang Wulan melarang buka tutup dandang, dan karena perbuatannya membuka tutup dandan maka berakibat fatal. Seandanya saja ia tetap menghargai perkataan Nawang Wulan, kemungkinan Nawang Wulan tidak akan tahu kalau selama ini selendang bidadarinya ada di lumbung padi. Pesannya adalah jangan terlalu kepo sama pasangan. When it comes to my area, don't ruin. Let me finish my job. And mind your own business.
- Seperti biasalah ya penyesalan selalu datang belakangan. Kalau di depan namanya pendaftaran. Intinya jangan menggunakan cara curang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. You don't get what you deserve, you get what you earn.
- Carilah pasangan yang selevel jika nanti tidak ingin menimbulkan masalah di kemudian hari. Yang sekufu kalau kata anak gaul hijrah jaman sekarang. Intinya carilah pasangan yang satu spesies, kalau enggak nanti dia bakal balik lagi ke habitatnya. Coba seandainya Jaka Tarub memperistri manusia biasa saja, maka ia tidak akan ditinggalkan. Nawang Wulan capek mesti masak nasi pake dandang ga mateng-mateng, mending dia kabur ke kayangan hidup enak. Kalau kata anak-anak muda di desa Tarub "aku terlalu Starbucks buat kamu yang capucino cincau." Dalem banget kan kisanak.
- Ajaran dari Ki Ageng Selondoko mengandung banyak nilai filosofis eneng, ening, enung. Eneng artinya mendiamkan tubuhnya, ening artinya menenangkan rasa dan emosi, enung artinya memfokuskan pikiran. Dengan eneng, ening, enung akan mendapatkan enang yaitu memperoeh hasil.
Pendapat saya sendiri untuk kisah Jaka Tarub:
- Walaupun Jaka Tarub mendapatkan Nawang Wulan dengan cara yang tidak baik, tapi saya pikir ia tidak begitu serakah karena hanya mengambil sati pakaian bidadari. Tidak ke semuanya ia ambil. Kalau Jaka Tarub serakah ia akan mengambil semua pakaian ke tujuh bidadari agar bisa mengawininya sekaligus.
- Kenapa ya bidadari lainnya pergi begitu saja meninggalkan Nawang Wulan sendiri di hutan. Mengapa mereka tidak terbang ke kayangan, mengambil pakaian untuk Nawang Wulan lalu terbang bersama-sama lagi pulang ke kayangan. Hmm..kalau seperti itu ceritanya cuma sampe akibat mengintip gadis mandi maka seorang pemuda sakit mata. Nanti jadi cerita azab.
- Jaka Tarub memang punya akal untuk mendapatkan salah satu bidadari, namun dia tidak cukup pintar. Kenapa baju dan selendang Nawang Wulan masih di simpan. Kenapa tidak ia bakar saja untuk menghilangkan jejak.
Sebagai penutup, biasanya kalau dalam film suka ada post credit scene, di cerita dongeng ini juga ada. Anak Jaka Tarub dan Nawang Wulan yakni Nawangsih telah tumbuh dewasa dan sangat cantik karena blasteran manusia dan bidadari. Nawangsih memiliki anak bernama Getas Pandowo. Cucu Jaka Tarub itu akan menurunkan Ki Ageng Selo yang konon katanya merupakan leluhur dari raja-raja Mataram.
Sekian dan terima transfer. I'll be right back and bring more Indonesia's bedtime stories.
Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=GfZV9pD4354&list=PL-_kVOt7Jl2eHRNgSnpC1fMmmO-JBiUwC&index=3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H