Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - -

Just share my thoughts

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nasihat Cinta dari Kisah Jaka Tarub

17 Agustus 2021   20:17 Diperbarui: 17 Agustus 2021   20:25 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dahulu dongeng sebagai pengantar tidur. Saat kecil dahulu sangat menyukai ceerita-cerita dongeng baik dari dalam ataupun luar negeri. Namun sekarang kita hampir tidak pernah menemui anak-anak mengetahui cerita dongeng Indonesia. Yang anak-anak tahu sekarang cerita animasi dari luar negeri seperti Pixar dan Disney, sayapun termasuk penggemar film-film animasi tersebut, namun harapan saya dongeng cerita rakyat kita jangan dilupakan dan harus tetap dilestarikan. 

Putri-putri dongeng kita tidak kalah menarik dari para princess Disney. Jika generasi sekarang sangat mengenal sekali tokoh Cinderella, Jasmine, dan Elsa Frozen maka mereka juga harus mengenal Timun Mas, Putri Purbasari, Putri Candrakirana dan lain-lain.

Selain ceritanya yang menarik, dongeng kita memiliki nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Menurut saya salah satu bentuk mengenalkan budaya dan melestarikannya adalah tetap menceritakan kisah dongeng Indonesia kepada anak-anak seperti dahulu orang tua  atau guru kita lakukan. Kalau bukan dari kita, siapa yang akan meneruskan cerita dongeng ini untuk generasi ke depan.

Dongeng termasuk karya sastra paling menarik. Entah ceritanya berasal dari mulur ke mulut atau ditulis oleh pujanggga pada jamannya. Cerita dongeng begitu kental dengan cerita fantasi, supranatural, dan seputar tentang kehidupan keluarga kerajaan juga terkadang memiliki kaitan sejarah di masa lampau, yang kemungkinan dibuat untuk menggambarkan suasana kehidupan sosial yang dikarang dengan tujuan memberikan pelajaran atau nasihat.

Tidak hanya untuk anak-anak, cerita dongengpun dapat memberikan nilai kepada orang dewasa yang sudah mampu berfikir. Bahkan nilai yang terkandung masih bisa relate untuk kehidupan di jaman modern ini. Berikut adalah cerita dongeng untuk mengingat kembali. My childhood recall. Here we go.

Jaka Tarub

Cerita Jaka Tarub identik dengan tujuh bidadari dengan berbagai banyak macam versi.
Cerita berawal dari Jaka Tarub bayi yang ditinggalkan di hutan karena kelahirannya tidak dikehendaki. Pada suatu hari seorang lelaki paruh baya bernama Ki Ageng Selondoko sedang berburu di tengah hutan menemukan seorang bayi sendirian. Ia berniat memboyong pulang ke rumah, namun ia ingin menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Kemudian bayi itu ia letakkan di bawah pohon.

Di lain tempat di suatu desa hiduplah seorang janda tua bernama Nyi Wulanjar yang hidup seorang diri. Ia tidak memiliki anak hingga suaminya meninggal dunia, namun begitu ia masih tetap berharap bisa memiliki seorang anak agar ia tidak kesepian. Pada suatu hari Nyi Wulanjar pergi ke hutan. Di sana ia mendengar ada suara tangisan bayi, kemudian ia mencari sumber suara tersebut. 

Setelah dicari dan akhirnya ia menemukan sosok bayi mungil sendirian di bawah pohon. Ia bertanya-tanya mengapa ada bayi sendirian di tengah hutan ? kemanakah orang tuanya ? dalam keadaan bingung namun sebenarnya ia juga bahagia. Janda tua itu merasa mungkin saat ini doanya sudah terjawab bahwa akhirnya ia akan memiliki anak. Kemudian bayi itu ia bawa pulang untuk ia rawat.

Sementara itu Ki Ageng Selondoko telah menyelesaikan kegiatan berburunya dan kembali untuk mengambil bayi yang ia temukan tadi, namun sesampainya di sana bayi itu sudah tidak ada. Ia berfikir bayi itu pasti sudah dimakan oleh binatang buas yang ada di hutan. Ia pun menyesali perbuatannya dan merasa bersalah karena telah meninggalkan bayi itu seorang diri. 

Saat di perjalanan pulang ia berpapasan dengn seorang yang mengabarkan kepadanya bahwa di suatu desa ada seorang wanita tua yang menemukan bayi dari dalam hutan. Tanpa pikir panjang Ki Ageng Selondoko langsung bergegas ke runmah wanita yang dimaksud. Ia yakin bayi yang wanita itu temukan adalah bayi yang ia temukan pertama kali.

Saat sudah tiba di rumah Nyi Wulanjar, Kia Geng Selondoko menjelaskan maksud kedatangannya untuk meminta bayi tersebut. Namun Nyi Wulanjar tidak ingin memberikan bayi itu. Ki Ageng Selondoko mengatakan Nyi Wilanjar adalah pencuri anak. Wanita tua itu menantang bukti jika bayi itu adalah benar anak Ki Ageng Selondoko. 

Ia juga berkata tidak ada orang tuayang tega meninggalkan anaknya seorang di dalam hutan. Mendegar perkataan tersebut, Ki Ageng Selondoko tidak dapat berkutik karena masih merasa bersalah. Akhirnya ia mengalah dan bayi tersebut akan diasuh oleh Nyi Wulanjar. Ki Ageng Selondoko meminta untuk tetap menganggap bayi itu anaknya karena bagaimanapun dialah orang yang pertama kali menemukannya.

Nyi Wulanjar mengasuh bayi itu dengan penuh kasih sayang dan memberikannya nama Kidang Telangkas. Tahun demi tahun berlalu kini Kidang Telangkas tumbuh dewasa dan lebih dikenal dengan panggilan Jaka Tarub. Namanya diambil dari nama suami Nyi Wulanjar yaitu Ki Ageng Tarub yang dahulu juga pemimpin Desa Tarub tempat mereka tinggal. 

Dan Nyi Wulanjar semakin renta, kemudian akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal ibu angkat Jaka Tarub berpesan agar Jaka Tarub menemui Ki Ageng Selondoko. Jaka Tarub menuruti pesan ibunya. Kemudian Jaka Tarub dan Ki Ageng Selondoko akhirnya bertemu. Ki Ageng Selondoko mengajarkan banyak ilmu kepada Jaka Tarub termasuk ilmu berburu. 

Ki Ageng Selondoko mengajarkan agar buruan tepat sasaran maka harus eneng, ening, enung. Eneng artinya mendiamkan tubuhnya, ening artinya menenangkan rasa dan emosi, enung artinya memfokuskan pikiran. Dengan eneng, ening, enung akan mendapatkan enang yaitu memperoeh hasil.

Singkat cerita pada suatu hari Jaka Tarub sedang pergi ke hutan, lalu ia mendngar suara wanita sedang bercengkrama. Lalu ia cari sumber suara tersebut, kemudian ia menemukan ada tujuh wanita cantik sedang mandi di sendang. Jaka Tarub bingung mengapa ada wanita mandi di tengah hutan. 

Siapakah mereka ? Jaka Tarub terkagum-kagum dengan kecantikan para wanita itu yang ternyata adalah bidadari-bidadari dari kayangan yang sedang turun ke bumi. Lalu terbesitlah dibenaknya untuk mengambil pakaian salah satu dari mereka. Selesainya mandi para bidadari itu berpakaian dan bersiap-siap untuk kembali ke kayangan, namun salah satu dari mereka tidak bisa ikut karena pakaian dan selendangnya telah hilang. 

Dengan terpaksa para bidadari lainnya meninggalkannya karena tidak bisa berlama-lama berada di bumi. Bidadari yang tertinggal itu bernama Nawang Wulan. Dalam keadaan bingung, Nawang Wulan bersumpah kepada siapapun yang dapat menolongnya memberikan pakaian, kalau ia perempuan maka akan ia jadikan saudara, jika ia laki-laki maka akan ia jadikan suami. Mendengar sumpah Nawang Wulan itu, Jaka Tarub bergegas pulang ke rumah mengambil pakaian milik ibunya dahulu untuk diberikan kepada Nawang Wulan. 

Tak lupa juga ia menyembunyikan pakaian dan selendang milik bidadari tersebut agar tidak dapat kembali ke kayangan. Jaka Tarub senang sekali apabila ia bisa memiliki istri seorang bidadari yang sangat cantik. Setelah kembali ke hutan ia segera "menolong" Nawang Wulan dengan memberikannya pakaian, dan menagih janji sumpah Nawang Wulan. Nawang Wulan menepati sumpahnya. Kemudian merekapun menikah. Tamat. Belum ! not as simple as that.

Jaka Tarub merasa beruntung dan sangat bahagia sekali akhirnya bisa memilki Nawang Wulan. Memang ya, ada yang mengatakan kalau jodoh itu bukan dicari tapi dijebak hehe. Menang banyak nih kata Jaka Tarub. Jaka Tarub dan Nawang Wulan dikarunia anak perempuan bernama Nawangsih. Pada suatu waktu mereka terkena musibah di mana mengalami gagal panen terus menerus dan terancam akan sulit memenuhi kebutuhan pangan. 

Di tengah kesulitan itu, Nawang Wulan menghibur suaminya untuk jangan khawatir "tenang..kan ada aku.." begitu kata Nawang Wulan. Nawang Wulan mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah bisa kelaparan karea stok gabah di lumbung padi tidak akan pernah habis, namun ada syarat yang wajib dipenuhi yaitu pada saat Nawang Wulan sedang memasak nasi, jangan pernah membuka tutup dandang sebelum matang. Bukannya mengindahkan pesan tersebut, Jaka Tarub malah penasaran. Saat Nawang Wulan sedang pergi ke sungai, Jaka Tarub membuka isi dandang yang sedang dipakai masak nasi oleh istrinya. 

Ketika membukanya ia hanya melihat dandang tersebut hanya berisi sebutir beras. Jadi selama ini Nawang Wulan dengan kesaktiannya sebagai bidadari yang masih tesisa ia mampu memasak nasi yang banyak hanya dari sebutir beras. Sepulang dari sungai, Nawang Wulan memeriksa dandang apakah nasinya sudah matang dan ia melihat bulir beras itu masih tetap utuh. Nawang Wulan pun marah kepada Jaka Tarub mengapa ia melanggar janji. Akibat dari perbuatannya itu kini kesaktian Nawang Wulan telah sirna dan menjadi seperti manusia biasa. Sekarang Nawang Wulan harus memasak nasi dengan cara konvensional. no more magic.

Nawang Wulan memasak nasi mengambil gabah dari lumbung padi mereka yang tentu saja makin lama stok makin berkurang. Tibalah pada sisa gabah terakhir, saat Nawang Wulan ingin mengambilnya ia menemukan pakaian dan atribut bidadarinya. Akhirnya ia mengetahui ternyata selama ini Jaka Tarub lah yang telah mencuri pakaiannya. Nawang Wulan segera memakai kembali 'seragam' bidadarinya itu yang disebut Ananta Kusuma. Seketika kesaktiannya sebagai bidadari pun kembali seperti semula. 

Kemudian Jaka Tarub kembali ke rumah dan mendapati Nawang Wulan sudah mengetahui kebohongannya. Nawang Wulan marah besar kepada Jaka Tarub dan ingin segera kembali pulang ke kayangan. Jaka Tarub meminta maaf dan memohon agar Nawang Wulan tidak pergi namun Nawang Wulan bersikeras untuk tetap kembali ke kayangan. Jaka Tarub bingung bagaimana dengan anak mereka. Nawan Wulan berpesan jika anak mereka menangis bawalah anak mereka naik ke atas panggung rumah yang di bawahnya dibakar jerami ketan hitam. Itu sebagai tanda Nawang Wulan harus turun ke bumi untuk menyusui anaknya. 

Lalu terbanglah Nawang Wulan ke kayangan sambil nyanyi lagunya Katty Perry "yeah..I'm born again, outta the lion's den..the story over now. The end. I wish I knew then, what I know now. Wouldn't dive in, wouldn't bow down..you made it so sweet till I woke up..yeah I'm falling from cloud nine..". Jaka Tarub kini hanya bisa menyesali perbuatannya dan harus menerima kenyataan harus membesarkan anaknya seorang diri karena Nawang Wulan telah pergi. Selesai.

The moral of this story are:

  1. Jangan mengambil suatu hal yang bukan haknya. Mungkin kita berhasil mendapatkannya tetapi jika itu bukan milik kita maka cepat atau lembat pasti akan kembali kepada sang pemilik.
  2. Jangan sok jadi pahlawan padahal ada udang di balik bihun. Seperti Jaka Tarub yang datang menolong Nawang Wulan memberi pakaian seolah ia problem solver, namun sebenarnya hanya akal-akalan saja. Kalau sudah kenyang setiap kebohongan akan terbongkar. Serapat-rapatnya bangkai disimpan lama-lama baunya pasti akan tercium.
  3. Jangan terlalu kepo. Jaka Tarub terlalu kepo kenapa Nawang Wulan melarang buka tutup dandang, dan karena perbuatannya membuka tutup dandan maka berakibat fatal. Seandanya saja ia tetap menghargai perkataan Nawang Wulan, kemungkinan Nawang Wulan tidak akan tahu kalau selama ini selendang bidadarinya ada di lumbung padi. Pesannya adalah jangan terlalu kepo sama pasangan. When it comes to my area, don't ruin. Let me finish my job. And mind your own business.
  4. Seperti biasalah ya penyesalan selalu datang belakangan. Kalau di depan namanya pendaftaran. Intinya jangan menggunakan cara curang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. You don't get what you deserve, you get what you earn.
  5. Carilah pasangan yang selevel jika nanti tidak ingin menimbulkan masalah di kemudian hari. Yang sekufu kalau kata anak gaul hijrah jaman sekarang. Intinya carilah pasangan yang satu spesies, kalau enggak nanti dia bakal balik lagi ke habitatnya. Coba seandainya Jaka Tarub memperistri manusia biasa saja, maka ia tidak akan ditinggalkan. Nawang Wulan capek mesti masak nasi pake dandang ga mateng-mateng, mending dia kabur ke kayangan hidup enak. Kalau kata anak-anak muda di desa Tarub "aku terlalu Starbucks buat kamu yang capucino cincau." Dalem banget kan kisanak.
  6. Ajaran dari Ki Ageng Selondoko mengandung banyak nilai filosofis eneng, ening, enung. Eneng artinya mendiamkan tubuhnya, ening artinya menenangkan rasa dan emosi, enung artinya memfokuskan pikiran. Dengan eneng, ening, enung akan mendapatkan enang yaitu memperoeh hasil.

Pendapat saya sendiri untuk kisah Jaka Tarub:

  • Walaupun Jaka Tarub mendapatkan Nawang Wulan dengan cara yang tidak baik, tapi saya pikir ia tidak begitu serakah karena hanya mengambil sati pakaian bidadari. Tidak ke semuanya ia ambil. Kalau Jaka Tarub serakah ia akan mengambil semua pakaian ke tujuh bidadari agar bisa mengawininya sekaligus.
  • Kenapa ya bidadari lainnya pergi begitu saja meninggalkan Nawang Wulan sendiri di hutan. Mengapa mereka tidak terbang ke kayangan, mengambil pakaian untuk Nawang Wulan lalu terbang bersama-sama lagi pulang ke kayangan. Hmm..kalau seperti itu ceritanya cuma sampe akibat mengintip gadis mandi maka seorang pemuda sakit mata. Nanti jadi cerita azab.
  • Jaka Tarub memang punya akal untuk mendapatkan salah satu bidadari, namun dia tidak cukup pintar. Kenapa baju dan selendang Nawang Wulan masih di simpan. Kenapa tidak ia bakar saja untuk menghilangkan jejak.

Sebagai penutup, biasanya kalau dalam film suka ada post credit scene, di cerita dongeng ini juga ada. Anak Jaka Tarub dan Nawang Wulan yakni Nawangsih telah tumbuh dewasa dan sangat cantik karena blasteran manusia dan bidadari. Nawangsih memiliki anak bernama Getas Pandowo. Cucu Jaka Tarub itu akan menurunkan Ki Ageng Selo yang konon katanya merupakan leluhur dari raja-raja Mataram.

Sekian dan terima transfer. I'll be right back and bring more Indonesia's bedtime stories.

Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=GfZV9pD4354&list=PL-_kVOt7Jl2eHRNgSnpC1fMmmO-JBiUwC&index=3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun