Saat sudah tiba di rumah Nyi Wulanjar, Kia Geng Selondoko menjelaskan maksud kedatangannya untuk meminta bayi tersebut. Namun Nyi Wulanjar tidak ingin memberikan bayi itu. Ki Ageng Selondoko mengatakan Nyi Wilanjar adalah pencuri anak. Wanita tua itu menantang bukti jika bayi itu adalah benar anak Ki Ageng Selondoko.Â
Ia juga berkata tidak ada orang tuayang tega meninggalkan anaknya seorang di dalam hutan. Mendegar perkataan tersebut, Ki Ageng Selondoko tidak dapat berkutik karena masih merasa bersalah. Akhirnya ia mengalah dan bayi tersebut akan diasuh oleh Nyi Wulanjar. Ki Ageng Selondoko meminta untuk tetap menganggap bayi itu anaknya karena bagaimanapun dialah orang yang pertama kali menemukannya.
Nyi Wulanjar mengasuh bayi itu dengan penuh kasih sayang dan memberikannya nama Kidang Telangkas. Tahun demi tahun berlalu kini Kidang Telangkas tumbuh dewasa dan lebih dikenal dengan panggilan Jaka Tarub. Namanya diambil dari nama suami Nyi Wulanjar yaitu Ki Ageng Tarub yang dahulu juga pemimpin Desa Tarub tempat mereka tinggal.Â
Dan Nyi Wulanjar semakin renta, kemudian akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal ibu angkat Jaka Tarub berpesan agar Jaka Tarub menemui Ki Ageng Selondoko. Jaka Tarub menuruti pesan ibunya. Kemudian Jaka Tarub dan Ki Ageng Selondoko akhirnya bertemu. Ki Ageng Selondoko mengajarkan banyak ilmu kepada Jaka Tarub termasuk ilmu berburu.Â
Ki Ageng Selondoko mengajarkan agar buruan tepat sasaran maka harus eneng, ening, enung. Eneng artinya mendiamkan tubuhnya, ening artinya menenangkan rasa dan emosi, enung artinya memfokuskan pikiran. Dengan eneng, ening, enung akan mendapatkan enang yaitu memperoeh hasil.
Singkat cerita pada suatu hari Jaka Tarub sedang pergi ke hutan, lalu ia mendngar suara wanita sedang bercengkrama. Lalu ia cari sumber suara tersebut, kemudian ia menemukan ada tujuh wanita cantik sedang mandi di sendang. Jaka Tarub bingung mengapa ada wanita mandi di tengah hutan.Â
Siapakah mereka ? Jaka Tarub terkagum-kagum dengan kecantikan para wanita itu yang ternyata adalah bidadari-bidadari dari kayangan yang sedang turun ke bumi. Lalu terbesitlah dibenaknya untuk mengambil pakaian salah satu dari mereka. Selesainya mandi para bidadari itu berpakaian dan bersiap-siap untuk kembali ke kayangan, namun salah satu dari mereka tidak bisa ikut karena pakaian dan selendangnya telah hilang.Â
Dengan terpaksa para bidadari lainnya meninggalkannya karena tidak bisa berlama-lama berada di bumi. Bidadari yang tertinggal itu bernama Nawang Wulan. Dalam keadaan bingung, Nawang Wulan bersumpah kepada siapapun yang dapat menolongnya memberikan pakaian, kalau ia perempuan maka akan ia jadikan saudara, jika ia laki-laki maka akan ia jadikan suami. Mendengar sumpah Nawang Wulan itu, Jaka Tarub bergegas pulang ke rumah mengambil pakaian milik ibunya dahulu untuk diberikan kepada Nawang Wulan.Â
Tak lupa juga ia menyembunyikan pakaian dan selendang milik bidadari tersebut agar tidak dapat kembali ke kayangan. Jaka Tarub senang sekali apabila ia bisa memiliki istri seorang bidadari yang sangat cantik. Setelah kembali ke hutan ia segera "menolong" Nawang Wulan dengan memberikannya pakaian, dan menagih janji sumpah Nawang Wulan. Nawang Wulan menepati sumpahnya. Kemudian merekapun menikah. Tamat. Belum ! not as simple as that.
Jaka Tarub merasa beruntung dan sangat bahagia sekali akhirnya bisa memilki Nawang Wulan. Memang ya, ada yang mengatakan kalau jodoh itu bukan dicari tapi dijebak hehe. Menang banyak nih kata Jaka Tarub. Jaka Tarub dan Nawang Wulan dikarunia anak perempuan bernama Nawangsih. Pada suatu waktu mereka terkena musibah di mana mengalami gagal panen terus menerus dan terancam akan sulit memenuhi kebutuhan pangan.Â
Di tengah kesulitan itu, Nawang Wulan menghibur suaminya untuk jangan khawatir "tenang..kan ada aku.." begitu kata Nawang Wulan. Nawang Wulan mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah bisa kelaparan karea stok gabah di lumbung padi tidak akan pernah habis, namun ada syarat yang wajib dipenuhi yaitu pada saat Nawang Wulan sedang memasak nasi, jangan pernah membuka tutup dandang sebelum matang. Bukannya mengindahkan pesan tersebut, Jaka Tarub malah penasaran. Saat Nawang Wulan sedang pergi ke sungai, Jaka Tarub membuka isi dandang yang sedang dipakai masak nasi oleh istrinya.Â