Mohon tunggu...
Rilin M
Rilin M Mohon Tunggu... Freelancer -

Hanya seorang gadis yang menyukai seni dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Sarjana Bungkus Indomie (Part 1)

28 April 2019   09:50 Diperbarui: 28 April 2019   09:59 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pas tes dapetnya disini."

"Disuruh orang tua. Aslinya gak tau mau masuk mana."

"Gak dapet negeri. Daftar swasta dapetnya ini."

"Gak tau mau daftar jurusan apa. Ngikut saudara aja yang sama-sama IT."

What?? Jawabannya membuat saya merasa saya paling aneh. Kenapa sepertinya hanya saya saja yang berminat daftar IT karena punya ketertarikan masuk di jurusan ini. Jawaban mereka semua hampir sama persis seperti teman-teman saya yang ngambil jurusan ekonomi, akuntansi, manajemen, dll yang merupakan jantungnya jurusan IPS. Sama kayak teman-teman saya yang tadinya di IPA masuk jurusan IPS. 

Di jurusan saya ada Sistem Informasi atau SI untuk anak-anak yang dulunya IPS. IPS bisa belajar IT, tapi kalo kuliah hanya bisa masuk SI. Bedanya sendiri udah tau lah ya, di google banyak. Hehehe.

FYI lagi, saya kuliah di salah satu universitas swasta paling bergengsi di Indonesia (gak enak nyebut merk). Pokoknya saking gengsinya, kalo ditanya "anak mana lu?" jawabannya bangga banget gitu. Bukan karena universitas mahal, tapi karena namanya memang sudah terkenal baik. Kampus dengan akreditasi A, namun sayangnya tidak semua jurusannya berakreditasi A. Pertama kali saya masuk sana, jurusan saya akreditasinya masih B-C. 

Tidak seperti kampus khusus IT lainnya yang walaupun gak bergengsi, tapi jurusan IT nya sudah terkenal bagus. Yang membuat jurusan di kampus tersebut bagus bukan karena sistem akademiknya sebenarnya, namun karena semangat para mahasiswanya yang membentuk sendiri tim di luar akademik untuk lebih banyak belajar dan membuat kegiatan berkompeten, sehingga mahasiswanya terdorong untuk belajar IT lebih dalam. 

Tidak seperti kampus saya pada saat itu yang peminat IT nya sangat sedikit dan rata-rata yang masuk situ karena salah jurusan, gak tau mau masuk mana, gak ngerti IT itu apa tapi disuruh, dll. Jumlah mahasiswa angkatan saya pun sedikit sekali. 

Kalo mau tau berapa, hanya 17 orang satu angkatan Yang tadinya 33 orang jadi 17 orang (banyak yang pindah karena merasa salah jurusan, gak betah, dan menemukan kampus IT yang lebih baik). Jadi bisa dibilang, kuliah di kampus ini cuma dapet gengsinya aja kalo untuk saya. Hanya supaya setelah lulus harapannya banyak perusahaan yang melirik untuk bekerja.

Memang, dari awal sebenarnya kita semua sudah terkurung dengan pandangan-pandangan orang yang hanya mengikuti garis hidup (lahir - sekolah - kuliah - kerja - karir - menikah - punya anak - sekolahin anak, nikahin anak - tua - mati), tanpa kita benar-benar tahu tujuan hidup kita apa. Dan juga program pendidikan dari pemerintah yang masih "monoton" tanpa membantu para siswa di sekolah membuka dan menemukan potensinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun