Mohon tunggu...
muna warman
muna warman Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Terus Mengejar Mimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Seorang Pendekar

9 Oktober 2018   01:06 Diperbarui: 9 Oktober 2018   01:29 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://commons.wikimedia.org

Namun malam itu kakek tidak menceritan kisah nabi sulaiman, tapi malah membaca sebuah syair yang telah diciptakannya dan sudah lama ia tulis dibuku. Banyak judul dan jenis syair yang kakek tulis, namun dalam bahasa alas (bahasa daerah). Bahasa alas adalah salah satu bahasa yang ada di Aceh, dan suku alas adalah suku yang pertama ada di Aceh Tenggara. Arman masih ingat sedikit-sedikit tentang syair itu, yang kebanyaan syair itu ditujukan kepada anak-anak kakek. 

Namun ada juga syair tentang agama, bahkan syair tentang cinta. Kakek membaca syair sangat pandai, bahkan kakek sangat serius dan menghayati sekali isi syair yang dibacanya itu. Seolah-olah kakek merasa bahwa ia masih muda, saat ia membacakan syair tentang percintaan. Kakek menuliskan kisah cintanya dengan nenek dalam bentuk tulisan syair dan pantun. Sudah cukup lama mendengar kakek membacakan syairnya, tak terasa dan tak sadar Arman dan abang rudi tertidur pulas.

Esok harinya, pagi-pagi sekali kakek membangunkan mereka untuk sholat shubuh. Bangun tidur Arman terkejut, karena tak sadar kalau waktupun sudah pagi. "Cucu-cukuku! Cepat bangun, hayo kita sholat shubuh" ungkap kakek. Lalu Arman dan rudi cepat-cepat bangun dan bergegas ke sungai yang tak jauh dari rumah kakek. 

Setelah selesai sholat shubuh dan sarapan pagi, mereka bersama kakek berangkat pergi kekebun. "Nenek! Kaki berangkat ya?" mereka pamit kepada nenek. Seperti biasa mereka pergi berjalan kaki, tak lama kemudian sampailah mereka dikebun. Aktivitas hari itu tak jauh berbeda dengan minggu yang lalu, namun ada antraksi atau pertunjukan dari kakek yang berbeda hingga membuat Arman dan abangnya tercengang serta terheran- heran. 

Kenapa? Karena setelah selesai sholat zhuhur dan makan siang, kakek menunjukkan beberapa jurus dalam pencak silat. Beberapa jurus pencak silat yang diperagakan kakek, namun ada satu gerakan yang paling Arman suka saat itu. Salah satu gerakan pencak silat yang paling Arman sukai, ketika kakek menggunakan parangnya sebagai alat. Setelah selesai memperagakan jurus-jurus pencak silat, kakek istirahat dan duduk didekat mereka. Arman bertanya kepada kakek "kek! Saat kakek menggunakan parang tadi, itu jurus apa namanya kek?" lalu kakek menjelaskan kepada mereka "itulah jurus pelebat". 

Kakek menyambung penjelasannya "dulu kita harus pandai jurus pelebat, karena kampung ini rimba/hutan dan banyak binatang buas. Jadi, setiap orang laki-laki wajib membawa parang". Mereka tak banyak komentar saat itu, rasa terharu memiliki kakek yang pandai beladiri pencak silat. Terekamlah lagi dibenak mereka, bahwa kakek adalah seorang pendekar. Mulai saat itu, mereka memberi gelar kepada kakek dengan sebutan "Kakek Pendekar". Lama kemudian tibalah waktu sore, lalu mereka pulang. Sesampainya dirumah kakek, mereka langsung pamit kepada kakek dan nenek sembari mengatakan "kakek pendekar, kami izin pulang ya?". 

Kakek menganggukkan dan menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Hati-hati dijalan" kata kakek kepada mereka. Mulai hari itu Arman dan  rudi memanggil kakeknya dengan panggilan kakek pendekar. Mereka cepat-cepat berjalan untuk pulang kerumah. Bertahun-tahun Arman dan abangnya hampir setiap malam minggu menginap ditempat kakek, bahkan ketika mereka sudah tamat sekolah juga masih sering menginap ditempat kakek.

Demikianlah kisah antara Arman dan abangnya bersama kakek, sampai mereka tumbuh dewasa. Banyak sekali pengetahuan kakek diamalkan oleh Arman dan abanya, khususnya kebiasaan kakek membaca alquran dan bercerita. Tibalah saat dimana kakek sakit keras. Ketika itu Arman sudah dewasa, dan sudah menikah. Kakek akhirnya wafat disebabkan oleh sakitnya. 

Sementara rudi, saat kakek meninggal dunia berada diluar daerah. Rudi saat itu sudah menikah dan bekerja diluar kota, yaitu dikota Lokseumawe. Mendengar khabar kakek telah wafat, abang rudi bergegas hendak pulang. Pendek cerita, kakek dikebumikan hari itu juga. Rudi tidak sempat ikut melaksanakan fardhu kifayahnya, karena  tiba esok harinya. Mudahan kakek diberi tempat sebaik-baiknya disana. Amiin.... Wassalam.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun