Mohon tunggu...
muna warman
muna warman Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Terus Mengejar Mimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Seorang Pendekar

9 Oktober 2018   01:06 Diperbarui: 9 Oktober 2018   01:29 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://commons.wikimedia.org

Sambil menyuguhkan teh hangat kepada mereka berdua, lalu nenek memberitahukan bahwa kakek belum pulang dari kebun. Kata nenek, kakek biasanya pulang sangat sore sekali, yaitu sebelum waktu maghrib datang. "Bahkan kakek kalian kadang-kadang pulang setelah matahari terbenam, yaitu ketika hari sudah gelap" sambung nenek menjelaskan. Saat mereka sedang duduk-duduk sambil minum teh hangat yang dibuat nenek, abang rudi bertanya kepada nenek "nek! Berapa jauhkah kebun kakek dari rumah ini? Lalu nenek menjawab "lumayan jauh cucuku". 

Mendengar penjelasan nenek, Arman berdiskusi dengan abang rudi "abang! Apakah kita perlu menyusul kakek kekebun?". Abang menjawab "nggak usah adik, nanti kita bisa tersesat karena belum pernah pergi kebun kakek. Mereka akhirnya memutuskan menunggu kakek dirumah bersama nenek. Dirumah, sesekali mereka bertanya kepada nenek "nek! Apakah kakek pandai membaca alquran? Tanya Arman. Lalu nenek menjawab "kakekmu bukan hanya pandai membaca alquran, kakek juga pandai bercerita dan pandai membuat syair". 

"Apakah suara kakek bagus?" sambung Rudi bertanya kepada nenek. Nenek menjawab dengan spontan "ya, suara kekek kalian itu sangat indah dan merdu". Nenek juga menceritakan sedikit kisah mereka berdua bersama kakek saat masih muda. 

Salah satu alasan nenek menyukai kakek disebabkan karena kakek adalah pemuda tampan dan baik, serta beliau juga saat muda terkenal dengan suaranya yang merdu ketika membaca alquran dan bernyanyi. Mendengar kisah kakek dan nenek saat muda, mereka berdua tersenyum. Satu-persatu info mereka dapatkan mengenai kelebihan kakek. Arman dan abangnya semakin lama semakin penasaran  saja. Mereka bercerita panjang lebar bersama nenek, sambil duduk menunggu kepulangan kakek.

Dan waktu tak terasa, akhirnya kakekpun pulang dari kebun. "Assalamu 'alaikum" terdengar suara kakek dari luar. "Walaikum salam" mereka serentak menjawabnya. Kakek duduk didekat mereka dan langsung bertanya "cucuku, apakah kalian sudah lama datang?" lalu mereka menjawab dengan serentak "barusan kek". Kakek bertanya lagi "apa khabar ni? Biasanya kalian datang kemari hari minggu". 

Lalu rudi menjawab "malam ini kami ingin menginap disini kek" lalu kakek menganggukkan kepalanya sambil meminum kopi yang dihidangkan oleh nenek. Nenek selalu menyuguhkan kopi panas kepada kakek, jika sudah pulang dari kebun. Kakek membawa hasil kebunnya, yaitu buah kopi yang dikutip hari itu. Tak lama waktu sholat maghrib tiba, dan kakek mengajak mereka untuk sholat berjamaah. Kebiasaan kakek setiap hari, jika pulang dari kebun singgah dulu dan mandi dilawe kisam yang selalu iya lewati. 

Mereka bersama kakek dan nenek sholat berjamaah dirumah, yang diimami oleh kakek. Saat sholat mereka mendengar kakek membaca surah alfatihah dan ayat pendek. Begitu juga dirakaat kedua, kakek kembali lagi membacakan surah alfatihah dan satu surah pendek. Arman masih ingat saat itu, bagaimana lantunan ayat alquran yang dibacakan oleh kakek. Suara yang merdu dan indah membuat konsentrasi sholat mereka berdua terganggu. 

Makhraj dan tajwib saat kakek membaca surah alfatihah sangat bagus sekali. Setelah selesai sholat, mereka membaca zikir dan doa yang dipimpin oleh kakek. Keahlian dan keterampilan kakek dalam membaca alquran sungguh mempuni dan berkelas. Padahal kakek saat itu sudah tua, dan tak lagi memiliki satupun gigi dirahangnya. 

Mereka hampir tak pernah mendengar orang lain membaca alquran sebagus bacaan dan suara kakek. Wajarlah kalau semua anak kakek pandai membaca alquran, termasuk juga ayah arman. Selesai sholat, zikir dan doa lalu mereka menyalami kakek dan nenek. Kemudian kakek mengajak mereka duduk diteras (kaki lima) depan rumahnya, yang terbuat dari belahan bambu.  Sambil menunggu makanan yang dimasak nenek, kakek bercerita sedikit tentang aktivitas sehari-hari. 

Dengan tidak sabar, Arman memotong pembicaran kakek sembari bertanya "kakek, suara kakek kok bagus sekali?" lalu kakek menjawab "dulu saat baru menikah dengan nenekmu, kakek mengajar ngaji di mushola". Kakek lagi menyambung ceritanya "yang datang mengaji kebanyakan anak-anak kecil yang ada dikampung ini, tapi ada juga orang luar yang mengantar anaknya mengaji dengan kakek". Panjang lebar kakek bercerita, datangalah nenek dengan menghidangkan makanan dihadapan mereka. 

Ceritapun berhenti sesaat, karena  mereka makan malam bersama. Ketika sedang makan Arman memikirkan ceritakan kakek tadi, lalu menyimpulkan bahwa kakek memang ahlinya dalam membaca alquran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun