Mohon tunggu...
muna warman
muna warman Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Terus Mengejar Mimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Seorang Pendekar

9 Oktober 2018   01:06 Diperbarui: 9 Oktober 2018   01:29 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://commons.wikimedia.org

Sambil menebak-nebak tentang keterampilan kakek, akhirnya Arman tertidur. Tibalah waktu subuh, lalu ayah membangunkan Arman dan saudara-saudarnya. 

Ayah selalu membangunan mereka diwaktu subuh, untuk melaksanakan sholat subuh bersama. Selesai mereka sholat shubuh berjamah, Arman langsung mengajak ayah cepat-cepat pergi berkunjung ketempat kakek. Namun ayah berkata "nak! Kita sarapan dulu, setelah itu kita akan berangkat" lalu Arman menjawab "ya ayah". Setelah selesai sarapan pagi, ayah langsung mengajak Arman berangakat bersama abangnya. Mereka bertiga pergi dengan berjalan kaki, menyeberangi sungai kali bulan. Sekitar satu jam mereka berjalan melewati sawah dan perkampungan, akhirnya mereka sampai dirumah kakek.

Sesampainya dirumah kakek, mereka mendekati pintu rumahnya sembari mengucapkan salam "Assalamu 'alaikum" ucap ayah. Sudah tiga kali mereka mengucapkan salam, namun tak ada suara jawaban yang terdengar dari dalam. Lalu ayah bertanya kepada saudaranya (adiknya), yang rumahnya tak jauh dari rumah kakek.  Adik ayah tersebut dalam suku alas Arman memanggilnya dengan sebutan Pak ngah (Pak cik). Pak ngahnya mengatakan kepada ayah Arman bahwa kakek dan nenek sudah pergi ke kebun pagi-pagi sekali. Pak ngah mengajak mereka masuk dan duduk didalam rumahnya, sembari bercerita dengan ayah. 

Mereka disuguhkan teh hangat oleh istri pak ngah, yang mereka panggil juga dengan sebutan mak ngah. Mendengar imformasi dari pak ngah, hati Arman sangat kecewa sekali. Pikirannya mengatakan kalau  mereka tidak akan bertemu dengan kakek hari itu. Ayah dan pak ngah sangat asyik bercerita berdua, sementara Arman dan abangnya juga berbisik-bisik tentang kakek. Setelah cukup lama  ayah dan pak ngah bercerita, mereka pamit kepada pak ngah untuk pulang kerumah. Lalu merekapun pulang kerumah menelusuri sawah-sawah dan perumahan, serta menyeberangi kali bulan dengan berjalan kaki. 

Ayah memperhatikan bagaimana kerut wajah mereka yang lesu dan lemas, menandakan ada kekecewaan yang sangat mendalam. Semangat ketika pergi tentu berbeda dengan semagat saat mereka pulang dari rumah kakek. Ditengah perjalanan, Arman dan abang mengulang-ulang cerita mengenai tidak berjumpanya dengan kakek. 

Abang membisikan kepada Arman "adik! minggu depan kita akan berangkat pada hari sabtu sore agar kita bisa menginap dirumah kakek". Lalu Arman menjawab "benar bang, nanti kita berdua minta izin kepada ayah". Lebih kurang satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah. Ibu bertanya kepada mereka, mengapa cepat pulang? Lalu ayah menjelaskan hal tersebut kepada ibu.

Selama berhari-hari Arman dan abangnya rudi membicarakan mengenai rasa penasaran tentang kelebihan yang dimiliki oleh kakek, dan akhirnya tak terasa tibalah waktunya hari sabtu. Saat sedang sarapan pagi bersama ayah dan ibu, Arman menyampaikan kepada ayah tentang rencana pergi kerumah kakek setelah pulang sekolah. Awalnya ayah sedikit keberatan kalau mereka akan menginap dirumah kakek, namun abang rudi membujuk ayah, dan akhirnya Ayah mengizinkan mereka. Setelah selesai sarapan pagi, Arman dan abangnya berangkat kesekolah yang berada didepan rumah mereka. 

Saat itu Arman masih duduk dikelas 4 SD, sementara abangnya rudi sudah kelas 5 SD. Saat belajar dikelas sesekali Arman  termenung memikirkan rencana keberangkatan mereka kerumah kakek. Hari itu Arman tidak fokus pada pelajaran yang diberikan oleh guru saat belajar. Tak terasa lonceng tanda pulang sekolah berbunyi. Mendengar lonceng tersebut, Arman spontan berteriak dan melompat sembari mengatakan "horee". Teriakan tersebut membuat guru dan teman-temannya terkejut. Guru menegurnya "Arman! Ada apa? Kamu kok kelihatannya sangat senang sekali" tanya guru kepadanya. 

Armanpun menjawab "Arman hendak kerumah kakek bu". Mereka semua menyalami ibu guru dan langsung pulang kerumah. Sesampainya dirumah, abangnya si rudi sudah duluan bersiap-siap hendak berangkat. Arman langsung mengganti pakaian dan bersiap-siap juga berangkat. Tapi ayah dan ibu memanggil mereka sembari bertanya " apakah kalian jadi pergi kerumah kakek?" secara serentak mereka menjawab "jadi ayah". 

" Apakah kalian sudah makan dan sholat zhuhur? Lanjut ayah bertanya. Rudi menjawab " belum". Lalu mereka berdua sholat zhuhur dan makan siang. Setelah itu mereka pamit kepada ayah dan ibunya, untuk berangkat menuju rumah kakek dengan berjalan kaki. Seperti biasanya, mereka berjalan sejauh lima kilometer. Perjalanan mereka berdua tanpa ada kesulitan yang dihadapi dijalan. Kurang dari satu jam, akhirnya mereka berdua sampai dirumah kakek.

"Assalamu 'alaikum" mereka serentak mengucapkan salam kepada kakek dan nenek, sambil berdiri didepan pintu rumah. Lalu terdengar jawaban dari dalam rumah kakek "wa 'alaikum salam" jawab nenek dari dalam. Nenek langsung membuka pintu rumah, dan keluar. Melihat Arman dan Rudi didepan pintu, nenek sedikit terkejut sembari mengajak mereka masuk kedalam rumahnya. Nenek bertanya kepada mereka "apa khabar kalian cucuku?" lalu mereka menjawab "kami ingin bertemu kakek". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun