Pada saat itulah, saya berinteraksi dengan Dansesko TNI Letjen TNI Agus Widjojo sebagai Komandan Sesko TNI saat itu mempunyai nilai dan posisi strategis. Buah fikir dan jejak rekamnya dalam buku Transformasi TNI menggambarkan utuh diskursus intelektual dan pengalaman praksis bagaimana TNI/POLRI mampu beradaptasi dengan panggilan sejarah baru dan arah baru pembangunan.
Demikian juga, saya berkesempatan bertemu dengan Gubernur Lemhannas RI, Bapak Agum Gumelar, di ruang kerjanya. Saya pun bisa leluasa berdialog, sangat tajam dan kritis, namun suasana demokratis.
 Dari kedua interaksi tersebut, pandangan saya makin terbuka, betapa indahnya silaturahim, dialog dan kolabarosi membangun kesepahaman dalam perbedaan, bagaimana bersama mengisi kemerdekaan sesuai amanah para pendiri bangsa.
Adanya kompetisi dan persaingan antar para perwira tinggi TNI/ POLRI, baik di ranah publik hingga politik dan kontestasi politik, bagi saya menunjukkan adanya ekspresi tanggungjawab moral dan nasionalisme, bagaimana ikut mengabdi dan berkontribusi. Persaingan sengit Pemilu 2004 misalnya, saat Wiranto, Yudhoyono maupun Agum Gumelar yang  maju dalam kontestasi Pemilu Presiden-Wakil Presiden secara langsung, tak menimbulkan konflik dan pertumpahan darah. Semua tetap dalam semangat korsa dan korps, sesama anak bangsa yang berhasrat mengabdi dengan tetap menjaga persaudaraan kebangsaan.
Selanjutnya, seiring dinamika perjalanan bangsa, para pemimpin yang mampu beradaptasi dengan arus perubahan, mereka pun tampil dan mendapat kesempatan berperan dalam ruang pengabdian masing-masing. Kadang bersanding, adakalanya bersaing, baik di lingkungan internal TNI-POLRI, maupun kalangan sipil, semua memiliki spirit nasionalisme untuk bakti bagi bumi pertiwi.
"Lemhannas, Sebuah Harapan"
 Dari kejauhan, saya ikut mengamati babak demi babak siklus sejarahnya, Lemhannas pun terus berbenah. Ada pasang surut, jatuh bangun dalam pusaran perubahan. Namun, ternyata masih tetap ajeg, kokoh dan tegak berwibawa, tenang dan kalem, tanpa hingar bingar.
Sejak Presiden Soekarno menggagas berdirinya Lemhannas, dilanjutkan dari satu orde ke orde berikutnya, Lemhannas makin menemukan performance jati dirinya. Bagaimana Lemhannas dapat menjadi kawah candradimuka pembibitan pemimpin nasional berjiwa negarawan. Lemhannas dapat menjadi Laboratorium pemimpin negarawan yang terdistibusi di berbagai strata dan bidang serta lingkungan yang luas.
Apakah segala niatan dan harapan tersebut sudah atau dalam proses perwujudan atau malah mengalami kegagalan alias tidak sesuai harapan. Seperti itulah secara sekilas, saya menyerap persepsi, pandangan dan pertanyaan yang muncul hingga saat ini.
Reformasi yang memuncak dan meledak melahirkan dampak dan imbas multidimensi. Ditambah dengan lingkungan global dan perkembangan cepat tumbuh kembangnya revolusi industri digital, menjadi tantangan dan kewaspadaan tersendiri dalam konteks dan spirit kebangsaan. Bagaimana posisi dan peran Lemhannas dapat menyiapkan tunas pemimpin negarawan bagi peran kepemimpinan nasional di berbagai bidang. Entah di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif ataupun lembaga eksaminatif seperti BPK.
Apa yang menjadi tantangan sekaligus harapan besar terhadap Lemhannas di hari Miladnya yang ke 56 tahun  pada 20 Mei 2021 dapat saya sampaikan.