Dari Indonesia pernah ada yang masuk sebagai nominator di bidang sastra. Namun tidak menang. Yakni Pramoedya Ananta Toer, lewat karya sastra epik tetralogi roman Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Nominator satu - satunya dari Indonesia itu belum beruntung.
Berharap mudah - mudahan dalam waktu dekat dari negara kita akan ada yang bisa memenangkan anugerah Nobel prestisius ini.
Usai menjepreti gedung balai kota megah ini saya berbalik. Memunggungi balai kota, melangkah mengikuti teman - teman yang sudah berjalan lebih dulu ke pusat keramaian.
Â
Jalan Karl Johan Gate sekitar 150 meter dari balaikota. Menyeberang, melewati perempatan yang dilintasi jalur bus listrik, di sebelah kiri berdiri megah antik bergaya klasik gedung National Theater. Di sebelah kanan adalah taman kota rimbun yang dedaunannya berwarna kuning kecoklatan semata. Sejajar dengan jalur bus listrik, terparkir memanjang rapi puluhan sepeda sewaan untuk umum.
Rintik hujan reda, saya menginjak perempatan Karl Johan. Di sebelah kiri adalah pangkalan bus keliling kota hop on hop off, yang beroperasi dari jam 9.00 pagi hingga 16.00 sore.
Inilah jalan Karl Johan sepanjang 1,4 kilometer yang membelah pusat kota Oslo. Menghubungkan, di sebelah kiri saya adalah istana kerajaan Norway, dan lurus di ujung kanan adalah central station kereta api. Kalau kita berdiri di ketinggian plasa depan istana, memandang ke arah stasiun akan nampak jalan Karl yang memanjang lurus, cantik dan ritmik.
Di sepanjang jalan tak begitu lebar ini adalah pusat keramaian. Pertokoan, rumah makan, perkantoran, universitas, gedung pertunjukan, gedung parlemen. Dan tentu saja taman kota yang cantik.
Menyeberang perempatan, di pojokan jalan ujung bangunan adalah Sumo, nama salah satu restoran yang direkomendasikan Anthony untuk makan siang.
Berdua saya masuk oriental resto itu. Walaupun crew dan pramusaji hampir semuanya bule, namun menu Thailand dan masakan Jepangnya oke punya. Tak salah kalau direkomendasi.
Saya lupa kalau porsi di Eropa selalu besar - besar. Ketika pramusaji yang mirip Erling Haaland itu datang membawa segunung nasi goreng dan segunung pad thai di atas piring untuk kami berdua, merasa yakin pasti separuhnya akan harus kami bawa pulang ke hotel, take away.
Perut kenyang, berleha - leha sepanjang sore itu kami menikmati dan meresapi suasana musim gugur di Oslo.