Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Tilas, Tur Medan - Toba #3

27 September 2024   10:43 Diperbarui: 27 September 2024   12:53 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galeri khas Sumut, dokpri

Bangunan cukup besar dan estetik ini adalah Galeri Ulos Sianipar dan UKM bersama.

Penampakannya menarik. Di halaman, rumah adat Batak eye cathing dipergunakan sebagai kafe. Kisah survival dan kesinambungan galeri ini sejak dari awal tahun 1970 an tak lepas dari bantuan sosial BI ( Bank Indonesia). Sebagaimana dituliskan di papan kayu galeri yang terpampang di depan.

Di sini para pengunjung bisa menikmati dan belanja barang seni khas Batak cukup berkualitas dengan harga wajar.

Dari kain, ulos, patung, songkok, perhiasan dsb yang dipajang menarik di dalam ruangan 2 lantai cukup besar.

Bu Lina membeli kain ulos dan ikat kepala warna merah untuk ibu - ibu. Dan songkok warna - warni khas Batak - Melayu kami beli untuk bapak - bapak.

Ibu sepuh pemilik galeri itu menjelaskan, kalau songkok itu adalah ikon yang dipakai dalam klip lagu dan tarian terkenal Lancang Kuning.

Sambil membungkus belanjaan, ibu sepuh itu menggumamkan lagu Lancang Kuning pelan. Hmmm hm hm hm....hmmm hm hm hm hm hm hm hm hm ...

Teringat dan terngiang kembali rancak lagu ini. Saat memilihnya waktu itu, sebagai bagian dari aransemen sajian medley koor irama Nusantara, dari Sabang sampai Merauke di satu acara kantor.

Hari kedua ini sebagaimana hari pertama, juga menjadi hari yang panjang.

Meninggalkan galeri ulos, kami menyambangi pula rumah kerajinan kain dan bordir. Juga toko luas berlantai tiga yang menjual barang seni modern. Asesoris, pernik, furnitur untuk mempercantik penampilan rumah.

Galeri Modern, dokpri
Galeri Modern, dokpri
Siang itu juga, kami makan siang di Mirama, resto klasik dan populer di kota Medan.

Sore hari akhirnya kesampaian juga, kami menghelat duren time di Ucok. Rumah duren yang buka 24 jam, dan paling populer di ibu kota Sumatera Utara ini.

Duren Ucok, dokpri
Duren Ucok, dokpri
Malamnya, kami berlima belas menyambangi dan larut dalam nuansa tempo doeloe di resto Tip top.

Sebagaimana di setiap kota besar, selalu ada resto klangenan yang menghadirkan suasana dan menyajikan kuliner klasik yang khas. Di kota Medan ini Tip top adalah tempatnya.

Tiba di resto sekitar pukul 19. 30 pengunjung telah ramai. Dan live band telah perform. Sedang mengiringi opa pengunjung yang bersuara tinggi.  Penuh semangat dan energik melantunkan soul bluesnya Tracy Chapman, Give me one reason to stay.

Penampakan Tip top diatur sebagaimana jaman baheula, gaya masa Hindia Belanda.

Masih sore namun pengunjung sudah ramai nongkrong berdesakan. Bangku - bangku model lama ditata seolah mepet, tanpa jarak. Ditutupi taplak - taplak yang juga model kuno.

Aura klasik Tip top diperkuat dengan beberapa kipas angin helikopter yang bergantungan berputar, berdesing di plafonnya.

Full band dengan lima pemain berkaos merah dan komandannya beroblong hitam, bermain di panggung yang ditaruh nyempil di pojokan. Hanya beberapa jengkal dari meja pengunjung.

Konon resto ini diramaikan oleh loyal customer yang setia bersantap di sini sejak dahulu. Memang nampak sebagian besar pengunjung adalah para senior, opa - opa dan oma - oma. Termasuk kami.

Atmosfer tempo doeloe terbangun dan terasa di resto yang gerah ini.

Dari sekian banyak hal nostalgik ini, bagi saya dan isteri yang paling mengesankan adalah cita rasa menunya.

Kami memesan untuk sharing berdua, seporsi steak, salad dan cake andalan Tip top.

Beberapa jenak hidangan baru disajikan, konon karena dimasak porsi per porsi.

Mencicipnya kami merasa dejavu dengan sajian resto klasik yang sejenis di kota Solo.

Steak empuk dilumuri dressing saus khas, berasa masa silam. Tidak seeksotis saus lada hitam atau mushrom, tapi memberi cita rasa masa lalu yang berkualitas. Rasa kenangan.

Demikian juga salad dan cakenya. Adalah favorit orang tua kami, yang menurun ke anak - anaknya.

Sungguh kami bernostalgia, teringat kembali orang tua kami antusias menikmati sajian seperti ini di masa lalu.

Tip top walaupun gerah, hidangannya telah sejenak membuat lidah kami seolah patah. Asyik mencecapi rasa mahal masa remaja.

Malam itu di Tip top, waktu seolah berputar ke setengah abad lalu.

Live Music Tip top, dokpri
Live Music Tip top, dokpri
Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun