Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Piala Eropa 2024, Spanyol Juara, Oyarzabal Menghancurkan Mimpi Inggris

15 Juli 2024   19:30 Diperbarui: 15 Juli 2024   20:10 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kembali Harry Kane mengusap air mata di pipinya. Dejavu lara, kesedihan Inggris berulang di Berlin.

Spanyol tak terbendung. Enigma si merah membara tak terpecahkan. Tak terpatahkan.

Laga final Euro 2024 berakhir, Inggris dipaksa menelan pil pahit kenyataan. Kalah dua kali berturut saat final.

Menjuarai piala Eropa masih menjadi impian, belum mewujud kenyataan.

Final Euro 2020 di London, tiga singa ditumbangkan tim biru Italia melalui adu penalti. Dan kini di Berlin, Inggris kembali gugur di tangan skuad matador Spanyol. Gol Oyarzabal penyerang Spanyol di menit 86 menghancurkan mimpi indah Inggris.

2 - 1 untuk kemenangan Spanyol.

Lagi - lagi bola meneruskan pengembaraannya, belum mau pulang ke Inggris, negeri kelahirannya. Football not yet coming home. Bahkan pun setelah berada di beranda rumah. Si bundar itu enggan masuk pintu. Kembali menggelinding menjauh, meneruskan kelana.

Inggris adalah korban terakhir dari laskar Matador yang telah mengukir performa mengagumkan. Tujuh kali berturut - turut memenangkan duel.

La Furia Roja adalah raja Eropa yang sempurna.

Tiga singa menunggu Godot. Menunggu harapan yang tak pernah menjadi kenyataan.

Entah kapan impian itu benar - benar akan datang. Ritual apa yang perlu dilakukan untuk memulangkannya?

           *****
Melihat keceriaan dan fleksibilitas Southgate saat mengatur pemain di laga semi final, diduga pelatih Inggris itu akan memberi kejutan di laga final. Dengan memasang skuad starter tak seperti biasa.

Namun algoritma Southgate kembali pada patron dan nalar bakunya. Aksi out of the box yang ditunggu tak hadir. Logika kantorannya lebih kental daripada naluri eksperimentalnya.

Jadilah komposisi dan armada starter Inggris di final tak ada bedanya dengan starter di semi final.

Southgate gagal membaca enigma Spanyol, Inggrispun kelimpungan.

Seandainya saja Watkins dan Palmer yang mendobrak dan membawa kemenangan atas Belanda, diturunkan bersama sebagai starter. Sedangkan Harry Kane duduk dulu di bangku cadangan, dan menjadi andalan pada waktu - waktu akhir. Mungkin perlawanan Inggris akan lebih efektif dan berbahaya. Mampu memberi variasi berbagai ancaman sejak dari awal.

Babak pertama dimulai. Sejak peluit awal ditiup wasit, si merah Spanyol mendominasi penguasaan bola.

Harry Kane cs dikurung. Spanyol memenuhi setengah lapangan milik Inggris. Tim merah membobardir.

Babak pertama tidak ada gol tercipta. Pertahanan Inggris masih sulit didobrak, walau menerima serangan beruntun.

Di masa injury time, suporter Inggris sempat bersorak ketika Phil Foden menembak dari jarak dekat. Tembakan berbahaya di sisi sempit. Namun Unai Simon masih mampu menepisnya. Spanyol terselamatkan.

Adalah Nico William, winger muda Spanyol berusia 22 tahun. Melakukan aksi - aksi tajam berbahaya sejak awal. Melanglang bebas dan riang, menyerang dari sisi kiri maupun kanan. Berlari lincah tanpa lelah.

Duet bersama gelandang satunya Lamani Yamal.  Remaja yang baru berusia 17 tahun satu hari. Pemain - pemain muda itu  menjadi dua ujung tombak Spanyol sangat berbahaya. Merangsek, menusuk dan membongkar pertahanan Inggris.

Tembakan langsung maupun suplai bola mereka untuk striker Spanyol Alvaro Morata benar - benar merepotkan.

Babak kedua dimulai. Baru berlangsung satu menit lebih, serangan laskar merah menggedor pertahanan Inggris.

Di kotak penalti, Yamal berlari cepat. Pelan dan santai mengumpan bola ke sisi kiri.

Seolah meloncat dari kabut, tanpa kawalan, William muncul. Cepat dan akurat menembak bola umpanan. Bola menelusur, meluncur ke sisi kiri gawang Inggris. Pickford, penjaga gawang Inggris gagal menghalau.

Gol tercipta. Laskar merah bersorak memenuhi langit Berlin. 1 - 0 untuk Spanyol.

Inggris tertinggal dan tertekan. Dirundung gegar suasana karena baru saja kemasukan, gawang Inggris hampir beberapa kali jebol.

Sesaat kemudian skuad Inggris kembali tenang. Sadar keadaan dan berupaya kembali membangun serangan balasan.

Di pinggir lapangan, Southgate dengan janggut tak bercukur dan mata cekung komat - kamit. Sesekali berteriak memberi kode dan instruksi.

Bagai Merlin sang penyihir dari legenda King Arthur, Southgate berusaha keras membaca situasi nyata pertarungan.

Menyadari kebuntuan, betapa serangan Inggris tak cukup tajam untuk merobek pertahanan lawan, akhirnya Harry Kane dirotasi. digantikan Watkins.

Tambahan energi baru dan muda, membuat serangan Inggris lebih bergelora dan intens.

Namun setelah beberapa waktu tidak juga membuahkan gol balasan.

Southgatepun kembali melakukan rotasi. Kali ini memasukan Palmer Cole. Berharap keajaiban saat melawan Belanda kembali berulang.

Masuknya Palmer membuat serangan Inggris lebih agresif dan bertenaga.

Di menit 72, Palmer menunjukan powernya. Menggeledek mengeksekusi keras umpan Bellingham.

Dari jarak 21 meter, dengan kecepatan 118 km per jam, si bundar meluncur kencang menyusur. Unai Simon tak mampu menjangkau. Gawang Spanyol robek.

Suporter dan crew Inggris melonjak. Berteriak - teriak histeris.
Gol spektakuler tercipta. Skor imbang 1 - 1. Inggris bangkit dari kubur. Harapan membuncah.

Namun bangunan mimpi yang telah dibentuk dengan susah payah itu runtuh di menit ke 86.

Kala skor sama, pertarungan hidup mati semakin intens dan menggelegak. Energi dan spirit tambahan merasuki dua kesebelasan. Berusaha saling menaklukan.

Di menit ke 86 itulah mimpi Inggris rontok berserakan, karena
Mikel Oyarzabal.

Oyarzabal adalah penyerang Spanyol yang berasal dari klub La Liga Real Sociedad. Masuk ke lapangan, menggantikan penyerang utama Alvaro Morata di menit ke 68.

Belum dua puluh menit merumput. Oyarzabal mengeksekusi peluang sulit. Di titik penalti, Oyarzabal lari dipepet ketat back Inggris. Menyongsong umpan dari sisi kiriyang dikirim gelandang Spanyol berambut kribo.

Momen kritis, Pickford penjaga gawang mencoba meluncur maju. Berusaha menghalau bola.

Gen pembunuh Oyarzabal bereaksi jitu, sebelum Pickford berhasil menjangkau kaki kanannya menyontek pelan bola umpan.

Itulah sontekan kematian. Bola bergulir pelan melewati garis gawang. Gol.

Sontekan bersejarah, yang membuat seluruh Inggris menangis. Impian digilas kenyataan.

Spanyol berjaya, menang.

Luis dela Fuente adalah pelatih timnas Spanyol yang baru. Menggantikan pelatih sebelumnya, Luis Enrique yang gagal membawa Spanyol bersinar di laga piala dunia lalu.

Fuente yang selama ini tidak begitu populer dalam dunia kepelatihan bola ternyata seorang pelatih jenius.

Melalui kepemimpinan, strategi dan ramuannya Spanyol bertransformasi. Menjelma menjadi tim paling berbahaya. Membukukan kemenangan sempurna.

Malam final itu, Fuente menyandang setelan lengkap. Nampak sangat perlente, dibanding penampilan Gareth Southgate rivalnya yang tampil kasual.

Sempurna sudah, penampilan Fuente, dengan keperlentean dan senyum lebarnya mengangkat trofi kemenangan.

Fuente membawa sejarah baru bola Spanyol. Empat kali juara Eropa.

Apakah kira - kira visi perang yang dipikirkan pelatih jenius itu?

Konon dalam setiap duel itu, kemenangan akan dipengaruhi sepuluh persen faktor keberuntungan. Sembilan puluh persen lainnya, adalah tentang pemahaman dan persiapan.

Memahami kekuatan dan kelemahan, kompetensi dan stamina adalah satu hal.

Hal lain yang tak kalah penting, adalah memahami titik marah dan rasa takut lawan.

Laga Final Euro 2024, Fuente berhasil memahami faktor - faktor itu. Serta mengeksplornya dalam variasi dan adaptasi pertarungan. Fuentepun memenangkan laga.

Mengakhiri catatan, sambil membayangkan.

Seandainya, pada piala Eropa edisi 2028, kembali Inggris masuk final.

Dan saat itu Gareth Southgate tetap sebagai pelatihnya. Serta Harry Kane masih menjadi kapten dan penyerang Inggris. Mungkin barangkali, saat itulah takdir Inggris untuk memboyong piala Eropa yang perdana akan menjadi kenyataan.

Selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun