Sebagian besar rombongan masih asyik membolak balik dagangan, Awak menyelinap keluar. Berbelok kiri.
Sendiri menyusur Boulevar utama kota dalam terpaan rintik hujan. Ramai para pejalan kaki di promenade luas. Bertopi, berpayung penangkis hujan. Awak menutup kepala dengan ponco Jaket.
Wilayah Skagway di musim dingin, saat tidak ada turis berkunjung konon sangat sepi. Hanya berpenduduk sekitar delapan ribu orang. Sebaliknya di musim turis, suasana kota  berubah drastis. Dua juta wisatawan berkunjung setiap tahun ke kota ini.
Skagway, sebagaimana sebagian besar kota kota di Alaska lainnya. Dipertahankan bangunan bangunan kunonya.
Boulevar utama membelah kota dipotong oleh perlintasan perlintasan. Membentuk blok blok persegi empat.
Kafe, toko, Bank, Saloon, Gedung kantor, Museum berjejer di kiri kanan di sepanjang Boulevar. Mobil dan Bus bus model kuno berlalu lalang siang itu.
Melihat bentuk Bus kuno itu, teringat  Bus Baker di masa SMA di Yogya tahun 70 an. Bus Baker, trayek Yogya - Kaliurang bentuknya persis. Warna catnya saja yang berbeda. Kini Bus model kuno seperti ini telah punah dari  Indonesia.
Ada patung kayu lelaki Indian tegak di depan toko Souvenir. Awak masuk toko itu.
Selain di bagian depan berjualan Cendera mata dan produk Alaska, separo ruangan di belakang ditata untuk Private Museum.
Museum tentang Alaska. Khususnya mengenai kota Skagway.
Terpampang foto foto, benda benda kuno, penjelasan penjelasan tertulis. Dan juga guntingan koran yang menarik. Sayang tidak boleh difoto.