"Mulya, tugasmu udah kelar?"
"Udah. Tadi baru aja finishing, dan sukses buat gue laper" jawabnya. "Makanya, habis itu gue guling-guling di lantai, terus pindah ke kasur sampai askhirnya sesosok makhluk membanting pintu kamar dan mengajak beli makan karena diduga mempunyai keluhan lapar sebagaimana gue" tambahnya dengan satu napas.
"Halah. Bahasamu"
"Beneran deh, Rif. Sebenarnya yang paling penting dari segala sesuatu adalah proses, hasil mah gak usah dipikirin. Lagian banyak kata-kata bijak yang mengatakan kalau kesuksesan itu sebuah proses bukan tujuan atau hasil. Inget pelajaran matematika sewaktu SMP gak? Guru kita selalu bilang kalau yang terpenting dari ujian ini adalah proses menghitungnya kan, bukan hasilnya?"
"O iya. Ha ha!" Arif tampak berseri-seri mendengar pernyataan temannya itu. " Tapi kita gak mungkin kenyang dengan cuma makan proses kali" raut wajahnya mendadak berubah menjadi Arif versi tanpa ekspresi.
"Ya kita tinggal ke minimarket aja. Kan disana buka 24 jam. Tinggal beli mi instan, seduh, kenyang deh"
"Tau gak? Mi instan itu bikin kita bodoh. Jangan sampai memori kita yang pas-pasan ini ditumpulkan oleh makanan berbahan kimia. Apa kata Menteri Kesehatan nanti?"
"O...pinter juga rupanya kau"
"Iya lah. EH! Tunggu bentar. Kamu tadi bilang minimarket?! Kenapa kita gak kesana aja dan kenapa baru kepikiransetelah kita kita sudah menginjakkan kaki di halaman asrama ini ??!! Hahhh..."
"Gini aja, lebih baik kita ke minimarketnya besok"
"!!!"