"Kamu harus sabar, Ben."
"Dia maunya sendiri, Pak. Heran aku. Aku sudah sabar dan ngertiin dia. Aku bantu momong anak. Bantu korah-korah. Bantu nyuci baju, nyapu, ngepel, dan masih banyak lagi. La kok dia nggak mikir jauh ke sana ya. Kupikir dia kurang syukurnya, Pak. Kurang ikhlas gitu. Kurang sabar."
"Kamu yang sabar, Ben."
"Aku jemput telat ke kantornya dia marah. Padahal aku telat kan ada alasan penting. Kerjaan kantor, juga kadang macet. Kok dia mandang aku seperti musuh saja. Aku harus gimana, Pak?"
"Iya sabari aja dulu, Ben."
"Dia maunya menang sendiri, Pak. Heran aku. Soal uang belanja sudah bukan masalah. La wong gajiku semua-muanya langsung masuk ke dia. Capek aku, Pak. Kadang aku mikir lebih baik aku pergi aja."
"Sabar, Ben,"
"Bapak punya dua pisau nggak?
"Eh... Sabar, Ben."
"Bapak punya nggak?"
"Kamu mau bunuh istrimu?"