"Tidak. Mau ngajak duel aja sama Bapak."
"Aih. Mulutmu, Ben."
"Abisnya Bapak hanya sabar-sabar aja dari tadi."
"La iya memang wajib sabar Ben. Kamu maunya apa selain sabar, heh?"
"Cerai aja, Pak?"
"Astahgfirullohal adziiim ya Allah. Kamu mau ceraikan istrimu, Ben?"
"Karena dia begitu pak. Nyebelin."
"Kamu sabar, Ben. Kamu harus kuat. Harus kontrol hatimu. Kendalikan lahir batinmu. Jangan main-main dengan kata laknat itu. Sabar. Tak bunuh aja kamu."
Jongben tertunduk dan mengkerut.
"Anakmu dua sedang butuh cinta sayangmu. Istrimu baik. Allah memberimu anugerah luar biasa dalam hidup kalian. Punya rumah mobil dan sandang pangan tak kurang-kurang. Kamu jangan macam-macam dengan karunia Allah ini."
Bapak menghela nafas sejenak. Jongben tertunduk.