Pukul 6 sore waktu itu. Pukul 3 selepas mengantar anak wedok ekskul bahasa Jepang aku tancap gas menemui Irwan di kafe. Aku pesan Mocacino hangat. Iya rasa moca. Tapi aku tidak ingat setelah itu. Sering begitu. Tahu-tahu sudah menatap wajah Irwan sambil berbantal lengan kirinya.
Tidak kali ini. tahu-tahu aku membuka mata dinsekitat mala ribut. Irwan adu mulut dengan orang-orang berbadan tegap dada kekar. Polisi mereka itu. Aku meringkuk di sudut kamar hotel berbalut selimut. "Anakku.... Mei.... sapa yang jemput kamu Nak? Dira... Sayang... Mas Diddy. Maafin aku mas."
Matahari benar-benar ditelan bumi. Ia tak terbit lagi hingga hari ini. Hingga malam ini.
***
"Ini mienya Mbak. Yuk makan ya. Tak suapin ya," mbak Rindu mengagetkanku. Aku mesem dan mengangguk-angguk.
Aku segera menyudahi tulisan ini. Aku juga segera menyeka air yang tumpah ruah membasahi pipiku dengan kerudung hitamku.
Mbak Rindu mendekapku. "Sssstttt... cup...cup... sudah mbak... sudah sayang...."
Kami makan dan selang beberapa lama seseorang mengingatkan mbak Rindu agar segera keluar ruangan. "RSJ ini tutup pukul sembilan, Rin," ucapnya lantas berlalu.
Sekrang sudah pukul setengah 10.
________
Semoga menggugah dan menghibur.
Sorbhajha, 12/3/2019