Sang Mama lalu menyusul Nania yang tengah murung di kamarnya.
 "Sayang. Boleh Mama masuk?" izin Mama di depan pintu kamar Nania. "Maafin Mama ya sayang."
 "Nggak dikunci kok,"
 Sang Mama memegang gagang pintu lalu membuknya perlahan. Dia beranjak mendekati Nania yang duduk mendekap kedua tekukan kakinya dan wajahnya disembunyikan di atas lututnya. Sang Mama lantas duduk di samping putri cantiknya itu.
 "Kamu kenapa, sayang?" Mama mengelus kepala Nania. Rambut Nania hitam sepinggang hitam wangi dan berkilau. "Kamu marah sama Mama ya Sayang? Ayo katakan. Kenapa?"
 Nania menggeleng. "Nania mau sendiri Ma. Tolong tinggalin Nania."
 "Eh... nggak baik begitu. Ayo bilang kenapa? Mau kamu apa, Nak?" Bujuk Mama dengan suara lembut. "Baiklah. Biar Papa yang ngambil besok. Nanti bila Papamu sudah datang dari kantor Mama yang ngomong."
 Nania tak bergeming.
 "Kamu kenapa sih, Sayang?"
 Nania mengangkat kepalanya lalu memandang lekat sang Mama.
 "Mama yang kenapa?"