Pada konteks munas ulama NU, ada sebagian orang yang menengarai bahwa munas yang diadakan di kota Banjar Jawa Barat itu memiliki motif politik. Mereka mempertanyakan mengapa munas NU itu tidak digelar di Jawa Timur yang merupakan basis para ulama NU.
Apalagi munas tersebut mendapat dukungan Jokowi yang merupakan petahana dalam pilpres kali ini. Sedangkan kita tahu  suara Jokowi di Jawa Barat lemah. Lokasi munas NU di Jawa Barat seakan memiliki pesan politik untuk menunjukkan bahwa kekuatan politik petahana di provinsi itu ada. Dan NU adalah sebagai pendukung utamanya.
Di satu sisi, NU membutuhkan dukungan kekuasaan dalam menghadapi rival ideologis turun-temurunnya, wahabi dan pan Islamisme. Atas alasan itulah NU kemudian selalu dekat dengan kekuasaan, walaupun  di tiap periode kekuasaan memiliki pola yang berbeda-beda.
Pada zaman orde lama NU menjadi pendukung Soekarno dengan nasakomnya. Pada zaman orde baru, bersama Soeharto, NU adalah kelompok terdepan dalam memerangi PKI. Pada masa reformasi ketum NU sendiri, Abdurrachman Wahid adalah  presiden keempat RI.
Pada pilpres kali ini pun NU memiliki dukungan yang jelas terhadap petahana Jokowi. Apalagi cawapresnya KH Ma'ruf Amien adalah  juga salah satu petinggi NU.
Itu semua pada gilirannya demi memperkuat posisi NU dalam menangkal berbagai serangan rival-rival ideologisnya. Demi mempertahankan tradisi yang selama ini mereka anut. Tradisi aswaja, tradisi Islam Nusantara, serta tradisi NU itu sendiri.
Apalagi di satu pihak, kelompok wahabi dan pan Islamisme tampaknya merapat ke kubu penantang, Prabowo Subianto. Maka untuk menandingi manuver lawan mereka, NU tidak punya pilihan selain merapat ke lawan Prabowo, sang petahana Joko Widodo.
Rekomendasi NU pada munas itu seakan mendapatkan gaungnya di tengah rivalitas capres yang juga sangat tajam. Utmanya tentang Islam Nusantata dan sebutan kafir bagi nonmuslim.
Di balik rekomendasi NU khusus tentang Islam Nusantara dan sebutan kafir bagi nonmuslim tersebut, ada semacam genderang perang yang ditabuh. Perang yang ditujukan pada rival-rival ideologis NU. Mereka seakan berkata bahwa kami ada dan besar untuk menghadapi kalian semua (para rival NU).
Namun terlepas dari itu semua, tanpa bermaksud berpihak ke salah satu kelompok yang selalu bertikai itu, apa yang digagas oleh NU sering memberi kita suatu pencerahan. Gagasan-gagasan para pemikir NU tentang politik kebangsaan memberi kita sebuah wawasan tentang ke-Islaman  dalam konteks kebangsaan itu.
Walaupun demikian, kelompok lain semacam wahabi atau pan Islamisme pun sebenarnya banyak memberi wawasan juga. Tentu dalam perspektif yang berbeda dengan yang selalu disodorkan NU.