"Aku banyak kehilangan di bulan Oktober. Sekarang Oktober dan aku belum siap kehilangan dia."
Masih saja ia berkata sambil terisak. Perih menjalar-jalar di hatiku. Tak pernah kulihat Kinanti secemas ini pada kehilangan yang bahkan belum terjadi.
Tangisnya pecah. Tidak ada yang bisa kulakukan selain membiarkan Kinanti menumpahkan seluruh kekhawatiran. Aku tak memeluknya. Menggenggam tangan saja, tidak. Dia tak pernah mengizinkanku melakukan itu.
Sekarang tanggal satu Oktober.
Masih ada tiga puluh hari lagi dan entah di angka berapa Kinanti akan memberikan tanda. Sebuah tengara untuk kesekian kalinya Oktober hadirkan duka lara.
Sama sepertiku dulu, menandai sebuah tanggal di bulan Oktober sebagai hari patah hati. Hari itu Kinanti bersumpah tidak akan mengkhianati Allah hanya demi cintanya padaku--aku yang bukan penyembah Tuhannya.
Aku tak mengira ujian keimanan yang harus ia hadapi akan sepanjang dan seberat ini. Aku juga tak mengira, akan sesulit ini mencintai perempuan lain, selain Kinanti.
Andai bisa, aku ingin bertukar apa saja dengan dia. Lelaki yang Kinanti cintai sedalam itu. Yang diamnya menumbuhkan cemas luar biasa pada diri Kinanti. Yang rindunya terawat dalam kesetiaan paling hebat.
SELESAI
IkaMulya
Depok, 5 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H