Mohon tunggu...
Ika Mulya
Ika Mulya Mohon Tunggu... Penulis - Melarung Jejak Kisah

Pemintal Aksara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Elang di Dadaku

5 Juni 2020   12:28 Diperbarui: 5 Juni 2020   12:38 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nanti lu nyesel!"

Tidak! Sampai detik ini, sedikit pun aku tidak pernah menyesal mencintaimu, Lang. Bahkan untuk setiap tetes air mata yang jatuh, menangisi patahan-patahan cerita kita, tak ada penyesalan di dalamnya. Begitu pun perihal tato. Romantisme paling gila yang teramat kusuka sepanjang hidup.

Akhirnya, sebuah huruf 'L' bergaya Parisian Classic--kupilih dari katalog Jack--, berhasil kautorehkan di dadaku. Sempurna. Persis seperti yang kumau. Beberapa kali terlihat matamu berkaca-kaca saat mengerjakannya. Terus bertanya apakah sakit atau tidak. Sebentar-bentar berhenti hanya untuk menciumku, di pipi dan kening. Namun, tak sekali pun kau berkata 'I love you'.

Untuk kesekian kalinya, Jack's Tattoo's Studio jadi saksi kemesraan kita. Tersisa rasa perih di dada. Namun di baliknya, cinta kian bergelora.

Kita memiliki semua hal terindah hanya dalam enam puluh hari saja. Kebersamaan, kemesraan, kekonyolan dan selaksa sikap yang di kemudian hari ternyata adalah isyarat. Aku masih ingat pertanyaan terakhirmu, sebelum kau pergi.

"Ke mana lo bakal nyari, kalo gue ngilang?"

"Ya ke rumah lo. Ke mana lagi?"

"Payah! Gue nggak bakalan ada di rumah! Bukannya lo udah nyediain hati buat gue tempatin selamanya?"

Tentu saja itu benar.

Puluhan kali aku datang ke rumahmu, puluhan kali pula mereka merahasiakan keberadaan putra tercinta. Menyembunyikan rapat-rapat apa yang sedang terjadi, sebab begitulah permintaanmu. Kau jahat, Lang! Jahat!

Hari itu, minggu keempat sejak kau menghilang, seorang ibu datang dan mengajakku pergi. Sepanjang perjalanan Depok-Menteng, dia hanya menangis. Aku ikut berlinang air mata. Jantung berdetak lebih cepat,  menggaungkan namamu di penjuru kalbu. Ada apa denganmu, Sayang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun