Sebuah rencana telah kubuat, agar Rainy marah. Jika perlu, sampai menangis. Lalu, aku siap memberikan pelukan hangat paling menenangkan. Juga melancarkan rayuan termanis yang kubisa. Letup-letup cinta pasti kembali bergolak, harapku. Harapan paling absurd.
***
Sore itu di awal Desember. Sepulang kuliah, kami berbincang sebentar sebelum berpisah.
"Temenin aku ke Gramed, yuk!" ajak Rainy.
Karena ingin membuatnya kesal, aku menjawab, "Males, ah! Lagi nggak mood ke mall!" Tentu saja itu hanya ucapan dusta yang menyebalkan.
"Ya udah, gak apa-apa. Aku sendiri aja kalo gitu."
Tuh, kan! Kalimat itu lagi.
"Tapi nanti aku jemput. Terus, kita makan bakso Bang Jo. Telpon aja, kalo udah selesai hunting bukunya," janjiku.
Rainy mengangguk dan tersenyum. Kemudian, dia memesan ojek online. Aku heran, mengapa tiba-tiba senyumnya itu terlihat sangat manis. Jauh lebih manis dan lembut dari biasanya.
Hampir saja aku meminta Rainy membatalkan order ojek online. Di sore yang mendung itu, aku ingin bersamanya. Namun, ada bisikan yang menahan keinginan.
Kekasih hati pergi, tanpa kutemani.