Mohon tunggu...
Muliani Kadir
Muliani Kadir Mohon Tunggu... PNS -

Pekerja data

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Survei untuk Si Beras

8 Mei 2018   13:53 Diperbarui: 8 Mei 2018   13:52 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk Indonesia adalah penduduk yang tidak bisa terlepas dari yang namanya beras. Meskipun pemerintah telah berupaya untuk menurunkan ketergantungan penduduk Indonesia terhadap konsumsi komoditas pangan yang satu ini, tapi tetap saja penduduk Indonesia merupakan penduduk dengan konsumsi beras yang tertinggi di Asia.

Sebagai makanan pokok, apapun yang berkaitan dengan beras selalu menjadi pusat perhatian, dan menjadi topik yang sering muncul di media akhir-akhir ini. Ada saja berita berkaitan dengan beras, seperti kualitas beras yang kurang bagus, harga beras yang melambung tinggi, impor beras yang dilakukan pemerintah, data produksi beras yang dianggap tidak akurat, stok beras yang terus mengalami penurunan dan yang terakhir adalah soal melakukan stok beras yang dianggap melanggar hukum.

Kerumitan masalah per-beras-an pada intinya adalah karena perkiraan stok pangan yang seringkali meleset dan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Sebagai negara agraris, kenyataannya dari tahun 2000 hingga 2015, Indonesia terus melakukan impor beras. Kemudian pada tahun 2018 impor beras kembali dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok beras di negara kita. Swasembada beras hingga saat ini masih seperti sebuah angan-angan yang jauh dari kenyataan.

Sebagai instansi yang merupakan rujukan data, BPS melakukan beberapa survei terkait produksi beras, mulai dari luas lahan, produksi dan produktivitas padi, hingga konversi gabah ke beras. Sedangkan untuk data produksi beras, BPS belum melakukan rilis data sejak tahun 2016 hingga sekarang.

Luas lahan sawah

Hingga saat ini, data luas lahan sawah masih belum akurat dan diduga tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Akibatnya, perkiraan data produksi padi yang dihasilkan pun menjadi tidak akurat dan belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Untuk memperbaiki data luas lahan, maka BPS bekerja sama dengan Kementan dan BPPT melakukan ujicoba pendataan lahan sawah dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA). 

Ujicoba ini telah dilakukan sejak tahun 2015 pada level kabupaten, dan saat ini ujicoba KSA telah dilakukan pada seluruh provinsi di Indonesia dengan melakukan pengumpulan data setiap bulan selama tahun 2018. Secara teknis, KSA dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada titik-titik yang merupakan lahan persawahan, dan mengamati fase-fase pengolahan dan pertumbuhan padi setiap bulan. Total sebanyak 192 ribu titik yang menjadi objek pengamatan petugas KSA.

Luas panen dan produktivitas

Data luas panen diperoleh dari Kementan yang dilakukan setiap bulan.  Sedangkan data produktivitas padi dikumpulkan oleh BPS melalui survei ubinan. Survei ubinan dilaksanakan secara rutin setiap 4 bulan sekali untuk mengumpulkan data produksi beras dan tanaman pangan lainnya dengan multistage sampling. Tata caranya adalah dengan menimbang berat gabah yang diperoleh dari luasan 2,5x2,5 meter sawah yang terpilih menjadi area ubinan (area pengambilan sampel). 

Untuk diketahui, bahwa luasan area ubinan tersebut bukan dilakukan dengan memilih sendiri, tapi dilakukan dengan prosedur sampling acak (random sampling). Dari kegiatan ini maka dapat diperoleh produktivitas gabah pada satu subround (periode 4 bulan) untuk seluruh Indonesia. Setelah diperoleh angka produktivitas gabah, maka selanjutnya angka produksi gabah untuk seluruh Indonesia dapat dihitung.

Konversi Gabah ke Beras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun