Kenyamanan yang mewah bila bepergian di atas jam 9 pagi. Dapat memilih bangku pavorit sambil menikmati suasana jalan raya di kiri dan kanan jalan. Dapat mengintip pengendara sepeda motor yang kadangkala menerobos mobil di depannya, meski sikap itu dapat membahayakan orang lain.Â
Dapat menyaksikan sopir angkot yang berpeluh di depan kemudinya, sementara kabin mobilnya hanya ada satu atau dua penumpang. Bila sopir menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengeluh---mungkin setoran harian angkot belum dapat ia penuhi.
Menjelang Halte Adam Malik di depan Universitas Budi Luhur, kemacetan terjadi karena ada penyempitan jalan, dan ada pula simpang jalan ke kanan ke arah Komplek Deplu.Â
Di sini seperti jalan tidak bertuan, pengendara saling terobos ingin cepat. Kebetulan pula di halte sedang ada sebuah bus Jurusan Cileduk Puri Beta - Blok M, menaikkan penumpang sehingga mempersempit jalur. Sepeda motor yang ada di kiri dan kanan jalan pun ingin menerabas padahal di depannya ada pejalan kaki yang sedang menyeberang.
Nah, menikmati jalan layang lapang di atas atau elevated, suatu kenikmatan yang mewah. Bus melaju dengan kecepatan sedang. Di kiri dan kanan jalan, pemandangan bangunan rumah, gedung-gedung tinggi, dan cakrawala Jakarta, membuat perasaan saya lebih tenang. Tidak ada suasana keruwetan, apalagi kemacetan jalan raya.
"Siap-siap, bagi penumpang yang mau turun di Halte JORR,"  kata kondektur yang berpakaian lengan panjang warna putih dan pantalon warna hitam.  Halte itu berada di sebelah jalan tol  JORR atau Jakarta Outer Ring Road Wings Dua.  Namun tidak ada penumpang yang turun. Penumpang yang  naik bus pun nihil. Sesuai SOP (Standard Operating Procedure), bus harus tetap berhenti di setiap halte sekalipun tidak ada penumpang yang turun, dan kemudian dapat melaju lagi untuk meneruskan ke halte  Swadharma.
Di halte Cipulir, ada penumpang yang turun. Halte ini memang melayani salah satu pusat perbelanjaan grosir yang tergolong sibuk di Ibu Kota. Ada  ITC Cipulir dan Pasar Jaya di sini. Ada pula mal baru dan hotel bintang tiga di sebelahnya.  Â
Biasanya, mobilisasi penumpang yang turun dan naik, terjadi di Halte Tirtayasa. Di sini tergolong tempat transit idaman penumpang. Bagi penumpang yang ingin buru-buru ke arah Blok M (13A), dapat memintas jalur lebih pendek dengan cara berpindah bus yang datang dari arah Halte Tendean.Â
Sedangkan bagi penumpang Jurusan Cileduk - Halte Tosari (13C) , Kuningan Barat (13E), Pancoran Barat (13B), namun  ingin transit ke Halte Tendean, dapat turun di sini dan berganti bus (13A). Memang,  bus ke Tosari, Kuningan Barat, atau ke Pancoran Barat, tidak berhenti di Halte Tendean.
Sikap bergeras dan buru-buru, membuat saya salah naik bus. Saat di dalam kabin menikmati kenyamanan dan pemandangan Ibu Kota Jakarta, saya kurang memperhatikan aba-aba dari kondektur. Ternyata bus yang saya tumpangin jurusan ke Pancoran Barat, bukan ke Kuningan Barat seperti tujuan transit saya ke arah Slipi, Jakarta Barat. Â Â
Saya baru tersadar ketika bus di Jalan Tendean, tidak berbelok ke kiri ke arah Jalan Gatot Subroto  namun justru naik jalan layang untuk menyeberang ke arah Halte Pancoran Barat.