***
Dan pagi itu, Turi berpakaian rapi. Segala kemungkinan yang akan membantu dalam wawancara telah ia persiapkan. Ketika meninggalkan rumah, gadis itu berdoa semoga kegigihannya selama ini untuk memperolah pekerjaan akan berbalas dengan kesuksesan .
Tentu saja senyumnya ceria siang itu. Bahkan, di siang hari yang lain, kegembiraannya melewati batas kebahagiaan pada saat menerima surat panggilan untuk wawancara final---seminggu yang lewat . Dan berikutnya, datang surat panggilan untuk segera bekerja di perusahaan itu. Surat itu diantar si tukang pos---yang kemarin mengantarkan surat panggilan wawancara pertama. Turi tersenyum lagi dengan manisnya.
Tetapi Turi  sungguh tak tahu. Orang  yang menggerakkan hati direktur---
yang masih muda untuk menerimanya bekerja menjadi karyawan baru, tak lain dari seorang nenek tua. Ya, nenek tua yang pernah diselamatkannya dari aksi jahil si tukang copet di kabin bus kota. Nenek tua yang belum lama ini datang dari dusun untuk menjumpai anaknya di kota. Dan sampai kini, hal itu  masih menjadi rahasia bagi Turi bahwa nenek tua itulah yang melahirkan sang direktur.  Pikiran Turi saat ini, hanya menduga bahwa nenek tua yang memeluknya di dalam ruang kerja sang direktur, tiada lebih dari seorang pengemis---yang meminta belas kasihan demi sesuap nasi  agar dapat mengusir lapar hari ini .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H