Bagaimana bisa?
Maret 2018, Manchester United asuhan Mourinho menang tipis 2-1 atas Liverpool dengan penguasaan bola hanya sebesar 31,9% saja. Seusai laga The Special One memuji anak asuhnya dengan mengatakan bahwa timnya memegang kendali pertandingan tanpa bola.
"Tim kami selalu memegang kendali. Bahkan di saat bola mati, tendangan sudut, situasi berbahaya kami memegang kendali"
Media pun ribut. Apa maksud Mou? Bagaimana mungkin dominasi dilakukan tanpa bola?
Mantan anak asuh Mou di Madrid, Â Xabi Alonso dalam wawancaranya di ESPN, melontarkan pernyataan yang bisa jadi merupakan penerjemahan dari kalimat Mourinho tadi,
"There was phases of the game when we were not dominant, but we were in control. For example, there was a feeling that every corner against us was a chance for us. When we countered...Mesut (Oezil) could carry the ball 30 yards brutally, Cristiano ran up the oppsite side knowing that he woud get the ball at the end of the move, and Karim and di Maria. Pure power"
Alonso tentu paham betul bagaimana Madrid menerjemahkan instruksi Mourinho sehingga mampu memecahkan rekor poin dan gol La Liga 2011/2012 (100 poin dan 121 gol) meski minim penguasaan bola dan bermain dengan serangan balik, terutama kala berhadapan dengan tim-tim besar.Â
Dengan memanfaatkan ruang, kesalahan lawan dan kemampuan pemain, Madridnya Mourinho menjadi sangat berbahaya.
Peluang menang melalui penguasaan bola yang minim lumrahnya digapai melalui pemanfaatan ruang-ruang kosong peninggalan lawan yang asyik menyerang.
Persoalan ruang (space) selalu menjadi perhatian khusus para pelatih dan pemain. Pendekatan taktikal tim diarahkan untuk menciptakan ruang berbahaya yang dapat dimanfaatkan menjadi peluang gol.
Suhu taktik dari Italia, Arrigo Sacchi kala membawa Milan meraih label the dream team memperkenalkan taktik pressing tingkat tinggi yang ditujukan untuk mengendalikan ruang pula.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!