Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Anak adalah Point of References dalam Kehidupan Berkeluarga

14 Juni 2021   12:56 Diperbarui: 14 Juni 2021   17:06 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktfitas bersama anak, jalan menumbuhkembangkan potensi anak. Sumber foto: Tatiana Syarikova/Pexels.com

Bagian ini agak nyambung dengan pendidikan anak yang dibahas tadi. Pendidikan informal alias pendidikan keluarga tentu berbeda pelaksanaannya dengan pendidikan formal di sekolah. Proses mengedukasi anak di rumah,seyogyanya berjalan alami, berdenyut seiring dengan tiap sendi aktivitas keluarga.

Memasak, membetulkan pintu, berkebun, jalan-jalan, reparasi kendaraan adalah beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan dengan konsep mendidik anak. Tentu saja lagi-lagi acuannya adalah aspek tumbuh kembang anak.

Aktfitas bersama anak, jalan menumbuhkembangkan potensi anak. Sumber foto: Tatiana Syarikova/Pexels.com
Aktfitas bersama anak, jalan menumbuhkembangkan potensi anak. Sumber foto: Tatiana Syarikova/Pexels.com
Mau masak rendang, nih! Yuk, ajak anak membuat santan, mulai dari meremas kelapa parut akan baik untuk perkembangan sensorinya. Jalan-jalan di alam dapat jadi sarana pengembangan fisik-motorik serta agama dan moral.

Salat berjamaah bersama keluarga, main hujan, buat gelembung sabun dan lain sebagainya adalah sederet aktivitas sederhana bersama keluarga yang dapat menstimulasi perkembangan anak. Mudah, asal tidak bawel soal kerapihan, kebersihan, keindahan dan kecapekan. Hehe.

Punya sedikit lahan di belakang rumah? Yuk ajak anak berkebun. Kecil-kecilan saja, menanam sayuran yang cepat terlihat hasilnya akan mengundang antusiasme anak. Beli mainan? Kenalkan pada mainan yang memicu kreativitas semisal lego atau balok. Hari libur? Ayo main sepeda!

Adakalanya anak tantrum dengan merengek dan menangis ketika keinginan tidak terpenuhi. Ups, ini peluang untuk mengajarkan bahwa perangai seperti itu tidak akan membantu untuk mendapatkan keinginan. Atau perkara berbagi makanan dengan adik untuk mengajarkan nilai berbagi, atau tidak harus selalu meminjamkan mainan untuk mengajarnya mempertahankan apa yang menjadi miliknya.

Kesemuanya adalah peristiwa sehari-hari dalam pengasuhan anak. Aktivitas harian yang dirancang dan dilaksanakan dengan maksud untuk menumbuhkembangkan anak akan berbeda dengan rutinitas biasa yang tanpa makna. 

Aktivitas keluarga yang berjalan alami dan dibumbui dengan maksud pendidikan akan membantu orangtua untuk menjalankan pendidikan utama di rumah.

Menurut saya nih ya, menyibukkan anak terlibat dalam tiap aktivitas di rumah adalah solusi agar anak tak menyandera handphone orangtuanya, haha.

**
Saya kira semua sepakat bahwa anak adalah anugerah yang besar dan menuntut tanggung jawab yang besar pula. Bagaimana jadinya anak dewasa nanti adalah buah dari pendidikan yang dialaminya. Dan rumah, adalah tempat utama mendidik anak.

Maka patutlah, saat memiliki anak, orangtua tak lagi bicara soal dirinya sendiri. Keluarga, terutama anak, akan menjadi prioritas utama. Menjadi titik acuan, ke arah mana visi keluarga akan diarahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun