Bagian ini agak nyambung dengan pendidikan anak yang dibahas tadi. Pendidikan informal alias pendidikan keluarga tentu berbeda pelaksanaannya dengan pendidikan formal di sekolah. Proses mengedukasi anak di rumah,seyogyanya berjalan alami, berdenyut seiring dengan tiap sendi aktivitas keluarga.
Memasak, membetulkan pintu, berkebun, jalan-jalan, reparasi kendaraan adalah beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan dengan konsep mendidik anak. Tentu saja lagi-lagi acuannya adalah aspek tumbuh kembang anak.
Salat berjamaah bersama keluarga, main hujan, buat gelembung sabun dan lain sebagainya adalah sederet aktivitas sederhana bersama keluarga yang dapat menstimulasi perkembangan anak. Mudah, asal tidak bawel soal kerapihan, kebersihan, keindahan dan kecapekan. Hehe.
Punya sedikit lahan di belakang rumah? Yuk ajak anak berkebun. Kecil-kecilan saja, menanam sayuran yang cepat terlihat hasilnya akan mengundang antusiasme anak. Beli mainan? Kenalkan pada mainan yang memicu kreativitas semisal lego atau balok. Hari libur? Ayo main sepeda!
Adakalanya anak tantrum dengan merengek dan menangis ketika keinginan tidak terpenuhi. Ups, ini peluang untuk mengajarkan bahwa perangai seperti itu tidak akan membantu untuk mendapatkan keinginan. Atau perkara berbagi makanan dengan adik untuk mengajarkan nilai berbagi, atau tidak harus selalu meminjamkan mainan untuk mengajarnya mempertahankan apa yang menjadi miliknya.
Kesemuanya adalah peristiwa sehari-hari dalam pengasuhan anak. Aktivitas harian yang dirancang dan dilaksanakan dengan maksud untuk menumbuhkembangkan anak akan berbeda dengan rutinitas biasa yang tanpa makna.Â
Aktivitas keluarga yang berjalan alami dan dibumbui dengan maksud pendidikan akan membantu orangtua untuk menjalankan pendidikan utama di rumah.
Menurut saya nih ya, menyibukkan anak terlibat dalam tiap aktivitas di rumah adalah solusi agar anak tak menyandera handphone orangtuanya, haha.
**
Saya kira semua sepakat bahwa anak adalah anugerah yang besar dan menuntut tanggung jawab yang besar pula. Bagaimana jadinya anak dewasa nanti adalah buah dari pendidikan yang dialaminya. Dan rumah, adalah tempat utama mendidik anak.
Maka patutlah, saat memiliki anak, orangtua tak lagi bicara soal dirinya sendiri. Keluarga, terutama anak, akan menjadi prioritas utama. Menjadi titik acuan, ke arah mana visi keluarga akan diarahkan.