Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Anak adalah Point of References dalam Kehidupan Berkeluarga

14 Juni 2021   12:56 Diperbarui: 14 Juni 2021   17:06 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal-hal seperti gengsi, fasilitas sekolah, jarak, biaya adalah urusan kesekian. Tanda tanya pertama layaklah disematkan pada tanya "Sanggupkah sekolah ini membantu saya mendidik anak?" Yap, membantu alias suplemen atawa pelengkap. Pendidikan utamanya ada di rumah, kan? Awas terbalik!

Setidaknya ada enam aspek perkembangan anak yang harus dikawal tumbuh kembangnya, yakni nilai moral dan agama, fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan seni. Perkembangan keenam aspek ini lah yang menjadi perhatian orangtua, baik pada pendidikan informal, formal dan nonformal.

Kapasitas orangtua untuk mengenali anak sendiri secara lahir batin alias kenal karakter dan potensi akan sangat berpengaruh pada pilihan model pendidikan yang diambil nantinya. Dengan kata lain, orangtua akan memilih pendidikan yang cocok bagi tumbuh kembang anaknya.

Bagaimana dengan orangtua sendiri?

Menjadi orangtua bukan berarti menutup pintu pengembangan diri. Bahkan peran baru tersebut akan menuntun orangtua ke penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas, terutama berurusan dengan anak.

Ada satu prinsip di komunitas Institut Ibu Profesional, sebuah komunitas parenting, yakni raise yourself, raise your children. 

Prinsip ini bermakna bahwa untuk menumbuhkembangkan anak dengan segala potensinya, maka orangtua lah yang terlebih dahulu belajar dan berkembang. Proses ini akan berkait berkelidan dengan pengembangan anak sendiri.

Misal, kalau mau anak rajin shalat berjamaah, ya contohkanlah di rumah. Kalau mau anak mencontoh akhlak para nabi, ya kuasailah kisah para nabi sekaligus teknik berceritanya. Entah sadar ataupun tidak, keinginan untuk mengembangkan anak akan membawa pula orangtua pada pengembangan dirinya sendiri.

Maka tidak salah bila orangtua perlu menjadikan anak sebagai titik tolak dalam pendidikan baik bagi si anak ataupun dirinya sendiri. 

"Ah, saya harus jadi lebih baik agar bisa mendidik anak jadi lebih baik juga!" Oh, tentu saja, punya anak itu lebih kompleks dari sekadar memberi makan. Salah sendiri mau punya anak!

Aktitas Keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun